Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2024

[SEJAK SMA BERSEMAI DI LITERASI]

Siang yang terik 26 Juni 2024 tak membuat pertemuan yang sempat tertuda beberapa kali ini menjadi panas. Angin sepoi-sepoi di Bhumi Resto depan UIN Mataram sesekali mengundang kantuk saat jeda obrolan yang disibukan mengetik di laptop dan HP masing-masing. Obrolan ditemani dengan segelas serbat dan singkong goreng tak lepas dari tema nostalgia dan literasi. Dosen muda UIN Mataram ini selain sebagai akademisi juga seorang penulis fiksi maupun non fiksi.  Saat pandemic Covid-19 beberapa tahun yang lalu membuat aktivitas seketika work from home alias dikerjakan dari rumah membuat produktifitas mandek dengan pembatasan tersebut. Bang Iskandar Dinata ini mulai mencari kesibukan baru untuk mengisi waktu luang dan tentunnya kejumudan yang hampir melanda semua orang yang biasa beraktivitas diluar ruangan. Tahun 2020 akhirnya ia menemukan ruang baru untuknya menyalurkan hobi menulis dengan mempelajari dan mendalami pentigraf (cerpen tiga paragraf). Dan aktivitas itu hingga sekar

[BOOK STREET]

  Ahad pagi ini 23 Juni 2024 seperti biasa jalan Udayana Mataran ramai dengan masyarakat yang antusias menikmati Car Free Day (CFD). Setelah beberapa kali juga ikut CFD pada liburan ini, kali ini baru kesampaian menyambangi lapak Book Street yang berada tepat di trotoar depan kantor Kominfotik NTB atau di seberang kantor DPRD NTB. Satu-satunya lapak di CFD yang bertemakan buku. Setelah sekitar sebulanan terakhir melihat status FB mbak Dita yang rutin tiap Ahad pagi buka lapak baca Book Street. Tadi berkesempatan mampir sekligus mendonasikan tiga buah buku : Melukis Pelangi Catatan Hati Oki Setiana Dewi, Otak Tunduk, Otak Jongkok Sketsa-Sketsa Sosial Politik karya Patompo Adnan dan BestSeller Inspirasi dan Spirit Menjadi Manusia Luar Biasa buku karya pertama saya. Setahun yang lalu tepatnya bulan Syawal, Forum Lingkar Pena (FLP) Mataram juga membuka lapak baca dengan Pojok Literasi di lokasi CFD udayana Mataram juga. Pengunjungnya cukup ramai, apalagi dengan jejaring FLP dengan ko

PIAGAM JAKARTA DAN PANITIA SEMBILAN

Piagam Jakarta adalah rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Rancangan ini dirumuskan oleh Panitia Sembilan Badan Penyelidikan Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) di Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945. Panitia Sembilan adalah kelompok yang dibentuk pada tanggal 1 Juni 1945, diambil dari suatu Panitia Kecil ketika sidang pertama BPUPKI. Panitia Sembilan dibentuk setelah Ir. Soekarno memberikan rumusan Pancasila. Adapun anggotanya adalah sebagai berikut: Ir. Sukarno (ketua) Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua) Mr. Alexander Andries Maramis (anggota) Abikoesno Tjokrosoejoso (anggota) Abdoel Kahar Moezakir (anggota) H. Agus Salim (anggota) Mr. Achmad Soebardjo (anggota) Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (anggota) Mr. Mohammad Yamin (anggota) Setelah melakukan kompromi antara 4 orang dari kaum kebangsaan (nasionalisme) dan 4 orang dari pihak Islam, tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal

KURBAN REFLEKSI SYUKUR DAN KETAATAN

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.” (QS.Al-Kautsar : 1-2)   Tak ada yang lebih melekat dalam ingatan dengan bulan Dzulhijjah pada hampir semua umat Islam kecuali dua hal, Haji dan Kurban. Jika shalat Ied nya ada Idulfitri yang “menduakan”, tapi ibadah haji dan kurban hanya ada saat Iduladha. Ibadah haji hanya bisa dilakukan dan disaksikan langsung di tanah suci, sedangkan ibadah kurban dimanapun hamparan bumi, umat Islam dapat menunaikan, melihat bahkan merasakan pula keberkahan dan kemanfaatannya. Mak Yati (60 tahun) seorang nenek yang tinggal di Tebet Jakarta Selatan hanya memiliki penghasilan Rp. 25 ribu setiap harinya dari memulung sampah. Tekadnya untuk berkurban di hari raya Idul Adha tak terbendung dengan keterbatasan ekonominya itu. Niatnya kesampaian setelah menabung selama tiga tahun, dua ekor kambing menggenapkan kebahagiaanya dapat berkurban. (merdeka.com 2012). Kisah-kisah Mak Y

78 [REFLEKSI DAN HARAPAN AKTIVIS ALUMNI KAMMI] 15/30

  Oleh: Iwan Wahyudi (Penulis Buku “Pemuda Negarawan” dan Pendiri Inspirasi Wajah Negeri)   Buku ini digarap mulai pekan ketiga bulan April 2024, pasca Ramadhan. Total waktu yang dibutuhkan 7-10 hari. Idenya dari saling telepon untuk sama-sama menguatkan diri dalam berliterasi. Selain itu ada momentum Muktamar XIII KAMMI di Mataram, Nusa Tenggara Barat sebulan lagi, 21-26   Mei 2024.   Dalam hemat kami saat itu, para alumni setidaknya perlu memberikan kado yang bukan hanya materi seperti kebanyakan orang, tapi narasi dan gagasan reflektif berupa buku.             Syamsudin Kadir, sang penulis bukan orang kemarin sore atau hanya penonton rebahan dipinggir laga pergerakan KAMMI. Ia memulai dari level terendah di Komisariat hingga menjadi Pengurus Pusat (PP) KAMMI. Berkutat di Kaderisasi dan memproduksi karya literasi aktivis KAMMI baik sebagai penulis langsung maupun editor bersama penerbit Muda Cendekia yang digawangi generasinya. Sebut saja buku Menyiapkan Momentum, Kapita Selekta

[INSPIRASI BERMAJELIS DENGAN SANTRI]

  Begitu beruntungnya sesiapa yang mendapatkan berlapis-lapis kebaikan. Di hari penuh berkah yang menjadi penghulu hari lainnya, Jum’at 14 Juni 2024 saya dipertemukan dalam sebuah majelis obrolan dengan orang-orang baik para alumni Pondok Pesantren Nurul Hakim (NH). Tiga lapis kebaikan yang Alhamdulillah diberikan-Nya, hari baik, orang baik dan berkumpul dalam kebaikan.   Usai shalat Jum’at kami bersua disebuah tempat. Tiga orang alumni Nurul Hakim: TGH. Abdul Manan, Bang L. Taufik Mulyajati dan Kang Syamsudin Kadir. Satu orang lainnya calon santri Nurul Hakim, ananda Azka Syakira (Azka) putri sulung Kang Syamsudin Kadir. Jadi teringat perkataan Imam al-Ghazali dalam kitab Al-Arba’in fi Ushul al-Din , bahwa berkawan dengan orang baik karena Allah adalah salah satu pilar memperkuat agama. Orang baik akan selalu menjaga kebaikan dan saling menguatkan pada kebaikan juga sama-sama saling bergotong-royong menyerukan kebaikan. TGH Abdul Manan, Lc alumni Islamic University di Madina

69 [SURAT KABAR vs KABAR BERANDA] 06/30

  Kemarin siang (Rabu, 5 Juni 2024) saya melintasi Karang Baru, Mataram. Tepat di Utara Masjid yang saling berhadapan di jalan menuju Rembiga, dengan mengurangi kecepatan motor hingga dibawah 30km/jam, mata saya fokus di deretan ruko sebelah kiri jalan. Yap, saat mata melihat pajangan koran Bali Post dan Suara NTB langsung memberhentikan kendaraan. "Pak berapa Suara NTB?", tanya saya. Sembari bangkit dari kursi menuju arah saya, si penjual manjawab, " Lima ribu,". "Cuma Suara NTB dan Bali Post aja pak?", saya coba mencari tau koran lain. "Iya cuma dua aja, sudah jarang koran sekarang." Saya sebenarnya ingin mencari tau kenapa tidak ada Lombok Post (Jaringan Jawa Pos group) yang pernah menjadi harian pertama dan terbesar di NTB. Dulu awal terbitnya bernama Suara Nusa. Siang itu saya sengaja ingin mencari dan membaca koran edisi cetak. Di beberapa titik penjualan, baik itu toko, warung kaki lima, lapak pinggir jalan hingga perempatan lampu la

68 [SEHANGAT SECANGKIR KOPI] 05/30

  Kenapa para penikmat kopi (bukan peminum kopi ya) tidak menyeruput gelasnya hingga tetes terakhir pada lima menit pertama? Karena mereka tau menyeruput kopi beda dengan minum air putih atau air es saat dahaga. Menyeruput kopi memang paling enak ketika agak panas atau setidaknya hangat. Dari panas hingga hangat kuku ada rentang waktu, disitu nikmatnya kopi dirasakan. Saat telah hilang hangatnya, kopi tetap saja nikmat dicicip. Seakan hangatnya masih terbawa hingga sruput terakhir. Begitu juga kehangatan saat berjumpa dengan sesiapa yang memiliki kesamaan dengan kita. Tak perlu 100% kesamaannya. Anak kembar indentik saja masih tetap memiliki sesuatu pembeda. Satu atau dua titik temu yang harus kita bangun untuk menghilangkan 1000 perbedaan sudah cukup untuk mencicipi kehangatan hubungan. Perbedaan ideologi, asal daerah, strata sosial, jenjang pendidikan, usia, banyak asam garam pengalaman, pilihan politik dan ratusan lagi alasan penyekat pasti ada. Dan selalu menggelayuti dan dih

67 [KEMANAPUN OLEH-OLEHNYA TULISAN] 04/30

  "Tak ada yang berumur panjang kecuali kenangan, tulisan dan kebaikan." #reHATIwan Setiap manusia tak ada yang bertahan di satu tempat atau ruang dalam waktu yang relatif lama. Ia pasti akan bergerak dan berpindah. Dari satu kamar ke ruang lain dalam rumah. Dari titik satu ke titik berikutnya walau dalam satu daerah. Mereka yang berdiam diri saja pasti punya rasa, imajinasi dan pikiran tentang sekitarnya. Apalagi mereka yang berpergian. Mungkin sebagaian besar orang akan punya penilaian dan pendapat yang hampir sama tentang suatu tempat atau peristiwa. Tapi pasti ada rasa dan sudut pandang yang berbeda. Tergantung latar belakang, suasana jiwa, dan imajinasi yang membersamainya dalam ruang tempat dan peristiwa itu. Misal saja dua orang siswa baru yang sekelas di satu sekolah. Ketika bercerita tentang kelasnya akan bertutur berbeda diantara kesamaannya. Kenapa ia masuk kelas itu? pengalaman baru yang didapat dibanding kelas sebelumnya dan sebagainya. Kenapa setiap p

66 [KOPI DAN KERUPUK PENUTUP JAMUAN]

    Minuman utama itu air bening/putih dan makanan pokok itu ya nasi dong. Sedangkan kopi, teh, kerupuk dan sambal itu cuma pelengkap seperti apapun nikmatnya. Jangan dibalik. Jika pola makan tak sesuai peruntukannya akan membahayakan diri si pengkonsumsi, cepat atau lambat. Usai menyantap hidangan makan siang di Perpustakaan Desa Teratak kemarin dengan menu desa yang membuat perut cukup kenyang, sebagai penutup disuguhi kopi oleh pasangan muda penggerak dan pengelolanya kak Munawar Mahmud dan kak Nur Azizah Ilhamiah . Menyeruput kopi pada saat itu sangat pas sekali. Saat kenyang di siang hari akan mempercepat datangnya kantuk, apalagi kami harus balik ke Matatam dengan berkendara motor. Makin tepat kopi hitam pahit menghempas rasa berat di mata. Menemani kopi, ada kerupuk yang sisa suguhan makan siang tadi. Aneh memang biasanya kopi di temani makanan ringan seperti pisang goreng atau jajanan lainnya. Tapi kali ini benar-benar makanan sangat ringan, seringan kerupuk. Saya coba men