Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2023

[PERSAHABATAN ITU INGATAN ABADI]

  “Persahabatan adalah ikatan yang melampaui waktu dan jarak. Ia tak terbatas dan membatasi. Jika kurang dari itu semua, hanya sekedar perkenalan biasa yang tersimpan sedikit lama dalam ingatan.” Hubungan antara seorang dengan lainnya kadang dibedakan dengan lamanya waktu interaksi serta rasa yang timbul. Status hubungan itu kemudian bisa dilabeli kenalan, teman atau sahabat. Definisi ketiga kata diatas memiliki kesamaan, namun ada perbedaan terkait tingkatan hubungan. Level paling bawah adalah kenal, selanjutnya adalah teman, dan yang tertinggi adalah sahabat. Kenal hanya sebatas tahu nama dan sedikit tentang seseorang. Dapat juga hanya klaim sepihak salah satunya. Jika kita kenal seseorang, belum tentu yang bersangkutan kenal balik dengan kita. Bila saling kenal berarti menandakan keduannya sama-sama kenal. Bila apa yang dikenal tak cuma nama, tapi beberapa data diri seperti nomor telepon, alamat dan sering berinteraksi dengan seseorang berarti dia adalah teman, bukan sekedar kenala

[MENULIS BERSAMA PAGI]

  “Tak ada yang lebih indah selain menulis berlomba dengan terbitnya mentari. Menikmati hangatnya bersama secangkir kopi dalam pergulatan narasi.” Tadi menjelang senja setelah sejak siang bersama tim menyiapkan beberapa dokumen, ada pertanyaan untuk melanjutkan kerjaan ke esok hari, "Besok kita lanjutkan kembali jam berapa?, salah seorang menjawab dan serasa telah mewakili semuanya, "Kita tadi memulainya terlalu siang dan sore hari tidak efektif karena sudah lelah. Besok mulai lebih pagi agar masih segar." Tentu sebagian kita merasakan pagi lebih optimal melakukan banyak hal. Apalagi aktivitas menulis. Kenapa demikian? Penulis buku terlaris "When: The Scientific Secrets of Perfect Timing",Daniel Pink membagi keseharian seseorang menjadi tiga tahap: Pertama, tahap puncak , yang terjadi sebelum tengah hari saat Anda paling waspada dan fokus. Kedua, tahap palung , yang terjadi sekitar pukul 1 hingga 4 sore, saat Anda mengalami kemerosotan energi. Ketiga, tahap pem

[SETIAP TEMPAT ADALAH KANTOR]

  “Menulis sebuah aktivitas yang tak perlu menunggu lowongaan pekerjaan dan lokasi berkantor .” Saya hingga kini masih penasaran dan belum mendapatkan jawaban resmi kenapa pemerintah tidak menyediakan "Penulis" sebagai pilihan pekerjaan dalam identitas di KTP? Atau takut jadi pekerjaan mayoritas kemudian hari karena media sosial nadinya pada tulisan he...he... Padahal menulis pekerjaan paling sulit, "Menulis adalah perjuangan paling sunyi, sebab kau benar-benar sendiri bergumul dengan segala." (Helvy Tiana Rosa @helvytianarosa ).Tapi inilah pekerjaan yang tak menunggu lowongan pekerjaan apalagi surat lamaran persyaratan. Sebenarnya santai dan bahagia aja menulis itu. Yang berat itu menulis laporan fiktif dan kuitansi bodong kan Masih kata bunda Helvy dalam kesempatan lain, "Tidak ada kata berhenti untuk menulis, dan menulis adalah pekerjaan mulia, karena menulis adalah kegiatan menanamkan berlian di hati para pembaca." Nah jika sudah disebut pekerjaan mul

[MENULIS AGAR TAK TERKIKIS]

  “Agar saat waktu habis engkau tak menangis. Berbanyaklah amal yang akan malaikat tulis.” Jika waktu itu tiba, maka kita akan terpisah dengan semuanya termasuk tinta pena malaikat yang selalu menulis amal. Kecuali amal yang terus memberi manfaat pada orang lain dan beranak pinak menjadi amal jariyah. Ia tak akan pernah kehabisan halaman catatannya hingga akhirat kelak. Banyak orang-orang besar yang kemudian dihempas badai zaman dan hilang tanpa jejak. Apalagi kita, yang cuma manusia biasa. Alangkah benarnya ungkapan, "Tulislah sejarahmu sendiri." Ini bukan sekedar bagus atau buruknya tulisan, sastrawi atau ceplas-ceplosnya gaya bahasa. Tapi mengawetkan memori, kenangan yang kian waktu terus tertumpuk. "Aku menulis untuk menangkap kenangan yang mungkin tak akan mampu tersimpan dalam memoriku. Sebelum diriku usang dan menghilang." (Iwan Setyawan) "Tenggelamnya Kapal Van der Wijck diterbitkan sebagai novel pada tahun 1939. Sebelumnya tahun 1938 ditulis Hamka sec

[CATATAN PERJALANAN]

  “Jika menyadari bahwa hidup ini hanyalah perjalanan, maka dalam setiap perjalanan ada banyak ide tulisan. Cuma selama ini hanya menjadi kenangan tanpa catatan.” Suatu saat antara tahun 2016 atau 2017 saya duduk ngobrol dengan salah satu dosen UIN Mataram Bapak Aba Du Wahid @abadu.wahid sepulangnya dari Turki bersama beberapa dosen lainya. Beberapa waktu kemudian perjalanan itu diterbitkan dalam buku berjudul "Belajar Mendunia, Catatan Orang NTB Melihat Dunia". Ketika mengabdi di Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) saya menemukan setidaknya dua buku karya para mahasiswa yang dimotori oleh DR. Arief Budiwitarto (rektor ke 2 UTS). Buku pertama tentang mahasiswa angkatan pertama kenapa memilih berkuliah dikampus UTS dan buku kedua berjudul "From Sumbawa With Dream" yang merupakan catatan perjalanan beberapa mahasiswa ke Singapura. Belakangan tahun 2018 saat mahasiswa Pascasarjana UTS melakukan study banding ke beberapa negara ASEAN ada penugasan dari DR.Arief memb

[MENULIS ADALAH BERJUANG]

  Dalam acara Silaturahim Penulis Indonesia, 23 Desember 2023 beberapa hari yang lalu, saya dapat banyak energi baru untuk tetap dan terus menulis, salah satunya dari penyampaian Bunda Asma Nadia. Menulis adalah berjuang, maka tak akan ada akhirnya. Jika capek dan berhenti berarti tidak berjuang. Narasi di media sosial itu dari tulisan, maka perbanyak dan teruslah menulis untuk mengisi ruang media sosial dengan kebaikan. Ada distorsi terkait Islam. Ada upaya untuk menutupi, contoh tentang kebiadaban !srael. Perlu dicerahkam dengan data dan fakta sebenarnya dari penulis-penulis yang bernurani. Lebih 100 toko buku tutup dan gulung tikat karena imbas covid-19. Maka menulis di media sosial menjadi pilihannya sekarang. Penulis ikhlas itu tidak terbang melayang saat dipuji. Dan tidak lemah saat dicaci. Penulis hebat dapat menghilangkan rasa paling hebat dalam dirinya. Seperti laut tak pernah kurang biru dan pesonanya walau dikotori dengan sampah buangan manusia. Usia tulisan lebih panjang da

[AYAT BU OMAH]

“Menasehati tak mengurangi apa yang telah dipelajari. Mengingatkan tak mengerdilkan apa yang sudah diajarkan. Ia bahkan akan tumbuh dan menumbuhkan, teringat dan selalu menjadi pengingat.” Ketika kelas 6 SD (Sekolah Dasar) ada yang berubah dengan cara Bu Omah mengajarkan pelajaran Agama Islam. Saya tau persis karena selain beliau wali kelas ketika kelas 2A dulu, tapi juga guru pelajaran yang sama saat kelas 3 hingga kelas 5. Apa yang berbeda? Setiap ada ayat dalam buku ajar (buku paket) harus dihafalkan. Dua ayat pertama yang dihafal masih melekat dalam memori saya : Surah Al Hujarat ayat 10 tentang ukhuwah dan Surah Al Maidah ayat 2 tentang tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa. Selain surah pendek di awal juz 30, ayat-ayat yang diajarkan untuk dihafalkan oleh bu Omah merupakan kebanggan saat itu dapat dihafal. Maklum itu berada bukan dideretan surah pendek. Hal ini tentu berbeda dengan mereka yang menempuh pendidikan pesantren atau sekolah agama (Madrasah Ibtidaiyah/MI), hafalan

[WARISAN GERIMIS]

  “Gerimis, mungkin tak cukup menghilangkan kemarau. Tapi bukankah bertanda musim hujan telah bersua. Menulis bukan untuk popularitas atau hadiah lomba. Namun, menyambung isi jiwa dan memperpanjang usia .” Saya tak mungkin lupa pertemuan itu. Beberapa mahasiswa mendatangi untuk curhat terkait literasi. Potensi mereka besar tapi belum ada wadah. Mau gabung dengan komunitas besar tapi ribet administrasi dan kesibukan pengurusnya mengurus diri sendiri atau buat sendiri tapi mulai dari nol. Saya sarankan "buat baru sendiri". Akhirnya beberapa hari kemudian, tepatnya 12 November 2017 pertemuan perdana memotivasi mereka sekaligus deklarasi Komunitas Gemar Menulis (Gerimis). Seperti filosofi gerimis sebelum hujan besar. Pastinya ia hanya rintik hujan lembut dan tipis, kadang tak cukup memenuhi kehausan tanah yang gersang, apalagi kemarau panjang. Tapi, gerimislah yang membawa harapan hujan besar akan tiba. Ia juga sebagai pertanda kemarau akan segera usai. Begitu juga halnya menulis

[JENDELA PERTAMA MENATAP DUNIA]

  “Saat dilahirkan dari seorang ibu, itulah pertama kali diri merasakan dunia. Dari pengasuhannya matamu dapat menatap dunia. Dalam bimbingannya bisa menyebut dan menulis apa-apa isi dunia dan kemudian menggapainya.” Tanpa ibu kita tak dapat berdiri disini, dimuka bumi yang membentang luas, namun baru sebagian yang mampu dijelajahi secara langsung maupun virtual. Setelah keluar dari rahimnya, kita rasakan seperti apa hawa dunia ini. Tapi, kasih sayangnya bukannya berkurang. Berlapis-lapis dan kali lipat terus mengalir tanpa angka pasti yang dapat mengkalkulasinya. Selama dalam asuhannya satu persatu jendela menatap dunia itu dibukakan olehnya. Bukan lagi sebatas sekian centimeter persegi tempat tidur atau meter persegi kamar, makin hari makin luas. Bermula dari satu kata yang diajarkan untuk memanggil dan mengunggapkan rasa hingga kini tak terhingga terus bertambah kosakata baru. Hingga fasih bertutur tentang dunia melalui jendela kata. Dalam bimbingannya ucapan kata itu bertransforma