“Saat dilahirkan dari seorang ibu, itulah pertama kali diri merasakan dunia. Dari pengasuhannya matamu dapat menatap dunia. Dalam bimbingannya bisa menyebut dan menulis apa-apa isi dunia dan kemudian menggapainya.”
Tanpa ibu kita tak dapat berdiri disini, dimuka bumi yang membentang luas, namun baru sebagian yang mampu dijelajahi secara langsung maupun virtual.
Selama dalam asuhannya satu persatu jendela menatap dunia itu dibukakan olehnya. Bukan lagi sebatas sekian centimeter persegi tempat tidur atau meter persegi kamar, makin hari makin luas.
Bermula dari satu kata yang diajarkan untuk memanggil dan mengunggapkan rasa hingga kini tak terhingga terus bertambah kosakata baru. Hingga fasih bertutur tentang dunia melalui jendela kata.
Dalam bimbingannya ucapan kata itu bertransformasi menjadi tulisan. Dari menulis kata-kata dasar keseharian, apa yang ada disekeliling, pesan dan keinginan hingga imajinasi fiksi bahkan rencana masa depan juga bisnis. Ia membukakan jendela tulisan untuk bercengkrama dengan dunia.
Ibu jendela pertama yang mengantarkan menatap dunia. Kian hari kian luas dan banyak, sejauh nanti kita mampu menjelajahinya. Ibu, bukan hanya jendela dengan daun jendelanya saja, tapi paket lengkap cara membuka, menatap, menghirup dan membersama yang terlihat dari lubang persegi itu.
"Kata yang paling indah di bibir umat manusia adalah kata 'Ibu', dan panggilan yang paling indah adalah 'Ibuku'. Ini adalah kata yang penuh harapan dan cinta, kata manis dan baik yang keluar dari kedalaman hati." (Khalil Ghibran)
22122023, 11:59
@gerimis30hari @ellunarpublish_ @rehatiwan @inspirasiwajahnegeri @iwanwahyudi1
Komentar
Posting Komentar