“Menulis sebuah aktivitas yang tak perlu menunggu lowongaan pekerjaan dan lokasi berkantor .”
Saya hingga kini masih penasaran dan belum mendapatkan jawaban resmi kenapa pemerintah tidak menyediakan "Penulis" sebagai pilihan pekerjaan dalam identitas di KTP? Atau takut jadi pekerjaan mayoritas kemudian hari karena media sosial nadinya pada tulisan he...he...
Padahal menulis pekerjaan paling sulit, "Menulis adalah perjuangan paling sunyi, sebab kau benar-benar sendiri bergumul dengan segala." (Helvy Tiana Rosa @helvytianarosa ).Tapi inilah pekerjaan yang tak menunggu lowongan pekerjaan apalagi surat lamaran persyaratan. Sebenarnya santai dan bahagia aja menulis itu. Yang berat itu menulis laporan fiktif dan kuitansi bodong kan
Masih kata bunda Helvy dalam kesempatan lain, "Tidak ada kata berhenti untuk menulis, dan menulis adalah pekerjaan mulia, karena menulis adalah kegiatan menanamkan berlian di hati para pembaca." Nah jika sudah disebut pekerjaan mulia kurang apalagi ayo?. Pasti ada yang dalam hatinya berbisik, "Kurang honor atau gajinya bang."
Mereka menulis suka-suka dimana saja dan waktunya kapan-kapan saja. Diruang tunggu saat Bapak sedang menjalani tindakan operasi, untuk membunuh rasa bosan saya menulis. Dikantor teman atau pejabat sambil menunggu kedatangan mereka, menulis jadi pilihan terakrab. Diruang baca perpustakaan yang lebih luas dari ruang kepala dinasnya sering saya jadikan kantor menulis sendiri, ngobrol dengan mereka yang mengedit karya. Pokoknya setiap tempat adalah kantor. Cuma satu yang belum saya rasakan, dipenjara seperti Soekarno, Hatta, Tan Malaka, Hamka hingga Sayyid Quthb. Yang terakhir ini semoga tidak pernah terjadi.
Nah ayo mulai dan terus menulis, karena kita tak akan dikejar-kejar uang sewa kantor tiap tahunnya. Cuma diburu menyelesaikan karya terbaik versi masing-masing.
Terimakasih fotonya Ibnu Batuta & Fitrah TA
28122023, 19:52
Komentar
Posting Komentar