Pesona jingga pada hamparan langit hanya hadir pada dua waktu, pagi dan senja. Namun, sebagian kadang lebih mengidentikan jingga hanya milik senja. Jingga di pagi hari hanya diburu sebagian orang, seperti pendaki gunung yang mengejar sunrise di puncak gunung. Atau mereka yang bangun lebih awal dan mulai menembus pagi. Sama hal nya dengan saya pagi ini, sekadar jogging ringan dan mengabadikan jingga. Perihal jingga ini menggambarkan juga sifat manusia, yang sering hanya menilai di ujung saja. Mengomentari sesuatu dalam sudut sempit di akhir. Padahal titik akhir adalah akumulasi dari titik awal dan segala proses yang dialami. Dalam agama Islam, memandang semua dengan lebih lengkap dan utuh. Diawal kita akan disuguhi jingga dalam bentuk indahnya pahala niat saat akan memulai segala. Kemudian menyempurnakan dengan mengucap basmallah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,” “Setiap perkara (kehidupan) yang tidak dimulai dengan BISMILLAAHIR-RAHMAANIR-RAHIIM, maka...