Langsung ke konten utama

[MENCARI DAN MEMBERI ARTI] Belajar arti hidup dari sosok H. Aminuddin Ridwan.

Iwan Wahyudi
(Penulis Buku “Do The Best”)

“Tugas kita bukan untuk memamer kepemilikan atau menghitung pemberian, sebab tugas kita tunggal: menebar sebanyak-banyaknya manfaat pada sesama.”

Hidup sesungguhnya adalah hamparan pelajaran yang secara cuma-cuma dianugerahkan oleh-Nya. Tak ada sewa, biaya pengganti maupun bayaran pada setiap pemberian-Nya. Kecuali, melaksanakan tugas sebagai manusia sebagaimana fitrah yang dimandatkan oleh-Nya. Hamparan itu tempat setiap kita belajar, dari semula tidak tau apa-apa menjadi mengerti apa-apa. 

Hidup ini adalah panggung untuk setiap kita memainkan peran, bukan menjadi penonton dibawah atau pinggir panggung. Semua memiliki kesempatan yang sama dengan durasi yang kurang lebih tak berbeda. Hanya yang tak sama adalah kemauan mengambil peran dengan segala lampiran resikonya. 

Hidup ini juga masa dimana memetik semua perbuatan, kerja dan amal. Buah dari belajar dan panen dari berperan yang ujungnya hanya dua: Sukses dan tertunda. Orang lain hanya terpaku melihat hasil, sedang kita para pelaku berjibaku pada proses yang tidak sederhana dan instan.
Orang-orang dalam dinamika proses kehidupan yang dihadapinya,  mau tidak mau akan berhadapan dengan penampakan pada kacamata khalayak: terkenal atau dikenang. Terkenal lebih pada kesepakatan bersama terhadap sosok dari segi kebaikan atau keburukan yang dilakukan dan  diwarisi. Dikenang ia adalah rasa yang tetap melekat pada siapapun terhadap sosok yang mungkin tak terlalu terkenal. 

Membaca buku rekam jejak dan inspirasi dari sosok Drs. H. Aminudin Ridwan setidaknya kita akan diantar menyelami sosok seorang guru dan pengusaha yang memiliki kepribadian. Seorang guru Kimia SMAN 1 Plumbon, Cirebon selama dua dekade. Sebagaimana kebanyakan guru, ia sosok yang berhadapan langsung dengan para siswa setiap harinya. Memberi arti baik berupa pelajaran yang diajarkan, maupun keteladan dalam perilaku keseharian. Sebelumnya guru telah mencari arti dari kewajibannya selama menimba ilmu hingga pada titik layak disebut guru.

Drs. H. Aminudin Ridwan adalah seorang pengusaha. Pengalaman berjualannya tidak dimulai dari memproduksi “Permen Jahe Spesial 61” yang terkenal itu, namun jauh sejak usia kecil. Mulai menjual buah di samping rumah, ayam kampung peliharaan, keliling menjajakan bakwan dan sebagainya. Ia sosok yang bisa menangkap kebutuhan pasar yang setiap waktu berubah, hingga berganti-ganti bentuk usaha. Dan permen jahe yang sudah dicicipi masyarakat Cirebon, Batam, Flores, Papua, Kalimantan, Sumatera hingga luar negeri, Malaysia, Singapura, Saudi Arabia, Timor Leste dan negara lainnya adalah inovasi usaha yang dihasilkan pria lima anak ini, yang patut ditiru siapapun yang meniti jalan menjadi pengusaha sukses.

Drs. H. Aminudin Ridwan memiliki kepribadian yang baik. Akhlak yang ditanamkan oleh kedua orangtuanya sejak kecil. Perilaku yang dijaganya saat remaja, dewasa, dan saat ini. Kepribadian ini menjadi modal sosial baik pada masyarakat umum maupun masyarakat konsumen yang memberikan kepercayaan (trust) kepadanya. Kepribadiannya tak terbentuk simsalabim sesaat. Ada ujian yang harus dihadapinya sejak kecil hingga menjadinya kuat. Ada kekurangan ekonomi yang memaksanya untuk kokoh dan mandiri dan mengambil sebagian tanggungjawab mencukupinya. Disamping itu ada sentuhan nilai-nilai agama yang menjadi pegangan hidup.

Ketika menjadi guru ia memberi arti bahwa menyiapkan Sumberdaya Manusia adalah kunci memenangkan masa depan karena manusia pemeran utamanya. Saat menjadi pengusaha ia memberi peran menyiapkan Sumberdaya Ekonomi yang menjadi penopang agar bisa lebih banyak berbagi. Dan dengan kepribadian yang baik berupa keteladanan ia menjadi Sumberdaya Inspirasi bagi sekitar. Hingga dapat merealisasikan hadis Nabi Muhammad saw yang berbunyi :

“Sebaik-baik manusia adalah yang banyak bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad)

Buku “H. Aminudin Ridwan, Rekam Jejak dan Inspirasi Meniti Usaha Permen Jahe Spesial 61” ini sebuah kisah yang nyata terjadi, bukan imajinasi dalam fiksi. Hamparan makna keberartian yang siapa saja bisa berada pada posisi tersebut, hingga bisa memberi arti dan inspirasi walaupun sang tokoh telah dicukupkan perannya di muka bumi. Buku dan inspirasi yang menyadarkan dan menggerakan orang lain, ia akan berusia panjang dan menjadi salah satu mata air ilmu dan amal jariyah yang tak akan putus. 

“Sesungguhnya semua kejadian yang terjadi di masa lalu adalah hamparan pelajaran yang dibukakan untuk hari dan pikiran kita, jika benar-benar memfirasatinya dengan bijak dan benar pula.”

Kota Bima, Selasa 18 Maret 2025

Iwan Wahyudi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

07 [EMAS ACEH UNTUK INDONESIA] Gerimis Desember

  Pada 16 Juni 1948, Presiden Soekarno berpidato di Kutaraja (sekarang Banda Aceh), salah satu isinya meminta rakyat Aceh menyumbang untuk Republik yang masih rentan karena kekosongan kas negara. Kemudian para Teungku dan tokoh Aceh ikut turun tangan, diantaranya Teungku Muhammad Daud Beureueh dengan pengaruhnya dan Teungku Nyak Sandang yang saat itu masih berusia 23 tahun, berinisiatif menjual emas dan tanah miliknya. Kemudian diikuti oleh para saudagar kaya Aceh hingga rakyat kecil pun banyak berkontribusi menyumbang emas yang disimpannya secara sukarela.   Pada akhir kunjungannya 20 Juni 1948 dari rakyat Aceh terkumpul 20 kilogram emas dan setidaknya tidak kurang 120 ribu dolar Singapura untuk membeli sebuah pesawat Dakota pertama milik republik yang diberi nama RI-001 Seulawah. (Buku “Pemuda Inspirasi Wajah Negeri” halaman 22-23). Banjir dan longsor yang menimpa Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera Utara akhir bulan November lalu memakan korban lebih dari 900 jiwa meninggal ...

13 [SAKIT DAN MINDSET] Gerimis Desember

  Akhirnya harus konsultasi ke dokter setelah tiga hari mencoba survive dengan batuk dan radang tenggorokan. Biasa akhir-akhir ini penyakit musim cuaca tak menentu banyak mencari tempat di masyarakat, macam batuk, flu, radang, demam dan sekawanan nya. Dan saya beruntung beberapa dokter tempat meminta "racikan" penyembuh selalu memberi ruang bertanya dan dapat pencerahan lebih banyak dari waktunya memeriksa di atas ranjang pemeriksaan. Saya sampaikan, coba-coba saya lihat di dunia maya tentang sakit yang diderita. Terkait penyebab, gejala, efek samping dan pengobatannya. Si dokter memberi saran agar tidak sepenuhnya mengikuti hal itu. Sebab tanpa didasari pemeriksaan terhadap pasien yang membaca, tiap pasien tidak sama persis gejalanya. Apalagi kemudian video-video di media sosial itu mempengaruhi mindset dan alam bawah sadar hingga menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan berlebihan pada sakit yang di derita. Ujungnya kepikiran dan membuat tubuh lebih cepat drop. Kami tutup ...

12 [BUKU KARYA KOMUNITAS] Gerimis Desember

  Buku karya para pegiat menulis tentu sudah biasa. Buku karya komunitas literasi, itu harus karena merupakan pembuktian. Buku tulisan komunitas menulis, tidak aneh. Yang malahan aneh jika komunitas menulis tidak memproduksi tulisan dan melahirkan buku karya. Bulan lalu alhamdulillah bersua dengan buku "Bukan Kisah Biasa, Perjalanan Cinta Para Pejuang Al-Qur'an" dan berjumpa salah seorang penulisnya Mbak Rahayu Praya Ningsih . Bukunya masih hangat, terbit bulan November lalu. Berisi 25 tulisan dari 14 penulis pegiat Al-Qur'an pada Graha Alquraniyah Mataram. Isinya terkait kisah-kisah inspiratif dan berenergi yang tercecer dari aktivitas mereka pada zona pengabdiannya tersebut. Walau saya dulu pernah membaca cemoohan seorang akademisi, "Nulis buku kok banyak sekali penulisnya?". Saya dalam hati bertanya balik, "Emang ada larangannya dan haram?". Mungkin si akademisi lupa ini buku, bukan jurnal yang punya batasan jumlah penulis. Selalu angkat to...