Langsung ke konten utama

151 [CANDU BUKU]


"Kadang dengan datang ke toko buku, meraba sampul, menghirup aroma kertas dan tinta dapat mengembalikan semangat menggoreskan pena." #reHATIwan

Beberapa waktu yang lalu ada seseorang teman yang mengajak ke toko buku. Saya tidak langsung merespon karena sedang ada aktivitas. Dua jam kemudian baru bisa menanggapinya. Ternyata ia sudah di rumah dari kantornya dan agak kurang fit. Saya minta istirahat saja dulu, mumpung sudah di rumah.
 "Iya, tapi sumpek di rumah terus." responnya kemudian. 

Jadilah sehari kemudian bisa mengunjungi toko buku. Hampir dua jam. Menelusuri rak-rak yang megah dan banyak di lantai dua Gramedia Lombok. Di tengah memanjakan mata dengan buku-buku itu, ia berucap, "Setelah melihat buku-buku di sini, jadi lebih refresh (segar kembali dari kebosanan rutinitas)"

Di ujung kunjungan itu kami masing-masing tertarik pada dua buku dan sulit memilih. Maklum kondisi saku hanya mampu meminang satu buku saja saat itu. Padahal inginnya banyak-banyak buat asupan otak dan jiwa.

Membaca buku dan menulis bagi sebagian orang menjadi candu, dapat menenangkan dan membuat bahagia. Salah satu contohnya Mohammad Hatta, sang proklamator yang kemana-mana tak lepas dari buku. Bukan untuk gaya-gayaan, tapi memang sudah candu pada buku. Saat diasingkan oleh Belanda ke Boven Digul, Papua, ia membawa serta 16 peti buku-bukunya. "Aku rela dipenjara asalkan bersama buku. Dengan buku aku bisa bebas", begitu katanya. 

Ada juga sosok Tan Malaka yang hampir 20 tahun sejak melanjutkan studi ke Belanda, ia berkelana ke berbagai negara Eropa, Amerika, dan Asia seperti: Amerika, Inggris, Perancis, Jerman, Rusia, dan Filipina. Aktivitas perjuangannya, membuat ia menjadi orang paling di buru oleh Belanda. Dalam pelariannya itu selalu ada jejak tulisan yang ia lakui hingga melahirkan banyak buku kemudian hari. Termasuk Otobiografinya berjudul, "Dari Penjara ke Penjara". Aktivitas menulisnya, tentu ditunjang dengan dosis baca bukunya yang tinggi. 

Apa yang keluar dari ucapan, tulisan bahkan perilaku, biasanya tak lepas dari apa yang masuk dalam diri, baik itu makanan, bacaan, dan lingkungan. Rumah dan lingkungan menjadi teladan paling lekat dan cepat bagi siapapun. Candu buku, seharusnya masuk dalam sikap keteladanan di dalamnya. 

"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri”(QS. Al Isra’:7)

"Buku itu candu untuk rasa ingin tahu, imajinasi yang haus berkelana, mengasah rasa dan jiwa, juga bagi para penggerak pena yang sedang berjumpa tanda koma." #reHATIwan

Cordova Street A-03, 09 Mei 2025

#reHATIwan #MariBerbagiMakna #reHATIwanInspiring #MemungutKataKata #IWANwahyudi #InspirasiWajahNegeri #Pelangi 
@rehatiwaninspiring @rehatiwan
www.rehatiwan.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[PRABOWO, BUKTIKAN ! JANGAN JANJI TERUS]

Episode yang membuat semua mata anak bangsa bahkan sudah tersiar ke media internasional, bagaimana Rantis Baracuda Brimob melindas pengemudi ojol hingga tewas bernama Affan Kurniawan, Kamis malam lalu. Ini bisa menjadi "martir". Seperti mahasiswa Arief Rahman Hakim 1966 dan empat pahlawan Reformasi 1998, yang kemudian kita semua tau berujung pada berakhirnya Soekarno dan tumbangnya Soeharto.  Sejak malam itu para pengemudi Ojol menunjukan solidaritas nya di depan Mako Brimob hingga pagi.  Aksi solidaritas kemudian menjalar ke beberapa daerah di tanah air pada hari Jum'at. Bukan saja pengemudi ojol saja, tapi mahasiswa dan rakyat ikut turun. Pengrusakan, terutama kendaraan dan kantor polisi tak bisa dihindari.  Presiden hingga Ketua DPR Puan memberikan pernyataan permohonan maaf ditambah kalimat, "Nanti kami akan perbaiki" hal-hal yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Lebih kurang demikian, ininya NANTI. Ini artinya berjanji.  ...

014 [PERANG DIPONEGORO, PERANG TERMAHAL BELANDA DI INDONESIA]

  Belanda salah satu penjajah Indonesia yang sangat lama dibandingkan negera lainnya. Hal itu bukan berarti mulus-mulus saja. Perlawanan di berbagai daerah di Nusantara meletus silih berganti sepanjang waktu. Walau dengan persenjataan yang sebanding, namun api perjuangan itu tak mampu dipadamkan dengan mudah hingga kemerdekaan itu benar-benar diproklamasikan. Salah satu perang yang dicatat sebagai perlawanan terbesar dan termahal yang dihadapi oleh Belanda ialah Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang meletus selama lima tahun sejak tahun 1825 hingga 1830. Penyebab dari perang Diponegoro ini diantaranya, Belanda ikut campur tangan dalam kehidupan keraton yang pastinya merupakan akal licik untuk mempengaruhi dan mengadudomba. Selain itu beban ekonomi rakyat akibat aturan pajak yang diberlakukan Belanda, pengusiran terhadap rakyat karena tanahnya termasuk tanah yang disewakan. Dan yang paling khusus adalah pemasangan patok-patok jalan oleh Belanda yang melintasi makam para leluhur Pa...

[DARI CAHAYA LAMPU KITA BELAJAR MENJAGA FASILITAS NEGARA]

Suatu ketika khalifah Umar bin Khatab RA kedatangan seseorang saat mengerjakan tugas Negara dengan diterangi cahaya lampu. Setelah mempersilahkannya masuk dan duduk sang Khalifah bertanya pada tamu “ Apakah yang akan kita bicarakan adalah masalah Negara atau masalah pribadi ? “ . Ketika sang tamu menjawab permasalahan pribadi Umar langsung mematikan lampu dan sang tamu dibuatnya terkejut. Belum habis keterkejutan sang tamu pemimpin kaum muslimin ini menjelaskan, sebelum sang tamu datang ia sedang mengerjakan tugas Negara dengan menggunakan lampu yang merupakan fasilitas Negara, sekarang kita akan membicaraka permasalahan pribadi sehingga tidak layak jika juga harus menggunakan fasilitas Negara. Mungkin cerita diatas menyadarkan kita akan pentingnya menjaga dan memisahkan mana yang menjadi amanah Negara atau public yang sedang melekat pada kita dengan status pribadi kita. Kisah diatas kemudian melahirkan pertanyaan ngeles kita “ Ah itukan wajar karena mereka sahabat Rasul da...