"Kadang dengan datang ke toko buku, meraba sampul, menghirup aroma kertas dan tinta dapat mengembalikan semangat menggoreskan pena." #reHATIwan
Beberapa waktu yang lalu ada seseorang teman yang mengajak ke toko buku. Saya tidak langsung merespon karena sedang ada aktivitas. Dua jam kemudian baru bisa menanggapinya. Ternyata ia sudah di rumah dari kantornya dan agak kurang fit. Saya minta istirahat saja dulu, mumpung sudah di rumah.
"Iya, tapi sumpek di rumah terus." responnya kemudian.
Jadilah sehari kemudian bisa mengunjungi toko buku. Hampir dua jam. Menelusuri rak-rak yang megah dan banyak di lantai dua Gramedia Lombok. Di tengah memanjakan mata dengan buku-buku itu, ia berucap, "Setelah melihat buku-buku di sini, jadi lebih refresh (segar kembali dari kebosanan rutinitas)"
Di ujung kunjungan itu kami masing-masing tertarik pada dua buku dan sulit memilih. Maklum kondisi saku hanya mampu meminang satu buku saja saat itu. Padahal inginnya banyak-banyak buat asupan otak dan jiwa.
Membaca buku dan menulis bagi sebagian orang menjadi candu, dapat menenangkan dan membuat bahagia. Salah satu contohnya Mohammad Hatta, sang proklamator yang kemana-mana tak lepas dari buku. Bukan untuk gaya-gayaan, tapi memang sudah candu pada buku. Saat diasingkan oleh Belanda ke Boven Digul, Papua, ia membawa serta 16 peti buku-bukunya. "Aku rela dipenjara asalkan bersama buku. Dengan buku aku bisa bebas", begitu katanya.
Ada juga sosok Tan Malaka yang hampir 20 tahun sejak melanjutkan studi ke Belanda, ia berkelana ke berbagai negara Eropa, Amerika, dan Asia seperti: Amerika, Inggris, Perancis, Jerman, Rusia, dan Filipina. Aktivitas perjuangannya, membuat ia menjadi orang paling di buru oleh Belanda. Dalam pelariannya itu selalu ada jejak tulisan yang ia lakui hingga melahirkan banyak buku kemudian hari. Termasuk Otobiografinya berjudul, "Dari Penjara ke Penjara". Aktivitas menulisnya, tentu ditunjang dengan dosis baca bukunya yang tinggi.
Apa yang keluar dari ucapan, tulisan bahkan perilaku, biasanya tak lepas dari apa yang masuk dalam diri, baik itu makanan, bacaan, dan lingkungan. Rumah dan lingkungan menjadi teladan paling lekat dan cepat bagi siapapun. Candu buku, seharusnya masuk dalam sikap keteladanan di dalamnya.
"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri”(QS. Al Isra’:7)
"Buku itu candu untuk rasa ingin tahu, imajinasi yang haus berkelana, mengasah rasa dan jiwa, juga bagi para penggerak pena yang sedang berjumpa tanda koma." #reHATIwan
Cordova Street A-03, 09 Mei 2025
#reHATIwan #MariBerbagiMakna #reHATIwanInspiring #MemungutKataKata #IWANwahyudi #InspirasiWajahNegeri #Pelangi
@rehatiwaninspiring @rehatiwan
www.rehatiwan.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar