Pesona jingga pada hamparan langit hanya hadir pada dua waktu, pagi dan senja. Namun, sebagian kadang lebih mengidentikan jingga hanya milik senja.
Jingga di pagi hari hanya diburu sebagian orang, seperti pendaki gunung yang mengejar sunrise di puncak gunung. Atau mereka yang bangun lebih awal dan mulai menembus pagi. Sama hal nya dengan saya pagi ini, sekadar jogging ringan dan mengabadikan jingga.
Perihal jingga ini menggambarkan juga sifat manusia, yang sering hanya menilai di ujung saja. Mengomentari sesuatu dalam sudut sempit di akhir. Padahal titik akhir adalah akumulasi dari titik awal dan segala proses yang dialami.
Dalam agama Islam, memandang semua dengan lebih lengkap dan utuh. Diawal kita akan disuguhi jingga dalam bentuk indahnya pahala niat saat akan memulai segala. Kemudian menyempurnakan dengan mengucap basmallah.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,” “Setiap perkara (kehidupan) yang tidak dimulai dengan BISMILLAAHIR-RAHMAANIR-RAHIIM, maka dia akan terputus. Artinya adalah kurang barakahnya.” (HR. Ibnu HIbban)
Kemudian dalam proses ikhtiar (usaha) juga banyak mendapat pesona jingga dari-Nya. Berupa balasan yang menguntungkan manusia.
“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara itqan (professional).” (HR. Thabrani)
Hingga diujung akan berjumpa pesona senja yang dapat diabadikan menutup hari.
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari)
Tak semua kita anak senja, atau juga pencinta jingga. Tapi, tetaplah menjadi pemburu pahala dan keberkahan-Nya.
Cordova Street A-03, 01 Juni 2025
#Gerimis30Hari #Gerimis_Juni25_01 #MariBerbagiMakna #MemungutKatakata #reHATIwan #reHATIwanInspiring #IWANwahyudi #InspirasiWajahNegeri @gerimis30hari @ellunarpublish
www.rehatiwan.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar