Langsung ke konten utama

BERTEMU PARA PEMBELAJAR (ASEANstudy 2)

Bertemu dengan orang-orang Sholeh atau pembelajar tentu bukan sebuah keberuntungan biasa saja, tapi suatu nikmat yang luar biasa apalagi jika kita menemukan keduanya pada diri satu orang.

Pagi ini saat mendarat di Lombok Internasional Airport tiba-tiba Bu Yanti memanggil saya " Ini juniornya yang mau berangkat S3 ke Amerika". Subhanallah Jizun S1 di Fakultas Peternakan Univ. Mataram, S2 di Australia dan Juli atau Agustus tahun 2019 akan berangkat S3 ke Amerika. Sedang Bu Yanti @aryantidwiyani07 adalah pegiat pendidikan yang tidak bisa dipungkiri lagi kiprahnya di Kabupaten Sumbawa. Ia bersama sang suami @sambirang_ahmadi mengelola PAUD hingga SMPIT Samawa Cendekia.

Apa inspirasi besar saat bertemu para pembelajar :
1. Anda akan melihat kemuliaan pada mereka yang memiliki ilmu dan menuntut ilmu sehingga akan memacu anda pula untuk menimba ilmu lebih banyak lagi.
2. Anda akan melihat bagaimana mereka melalui proses menuntut ilmu, tentu bukan  tanpa hambatan tapi penuh perjuangan. Hal ini menyadarkan kita bahwa menuntut ilmu itu perlu daya juang dan pengobanan. Semakin besar pengorbanan makin besar kenikmatan buah yang dipetik.
3. Setelah sukses menuntut ilmu anda bisa membahagiakan banyak orang, baik kerabat dekat maupun yang tak anda kenal sekalipun. Membanggakan keluarga, masyarakat maupun daerah adalah bentuk kebahagiaan.

21102018 Kamar 202
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna
#InspirasiWajahNegeri
#ASEANstudy
www.iwan-wahyudi.net.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me