Langsung ke konten utama

[ TIPS JADI PENULIS ]


Kamu pasti tau para penulis terkenalkan? Ga sedikit juga karyanya yang kamu tau dan baca atau malahan ketagihan koleksi karyanya. Ada juga yang sampai bercita-cita jadi penulis seperti mereka. Kemudian kamu mulai coba nulis dan ga jadi-jadi sampe sekarang. Sebenarnya jadi penulis itu mudah tipsnya cuma dua aja.

MENULIS
Pertama, tentunya menulis. Ga mungkin mau jadi penulis ga menulis. Modal dasar sekali kamu harus bisa menulis (fase ini pasti sudah lewat karena kamu sudah pada bisa baca tulis). Kemudian baru menulis apa? Tulis apa saja. Jangan dibatasi oleh jenis/genre tulisan yang kadang hanya membuat takut dengan pertanyaan "Apa benar tulisan ini sudah sesuai dengan genre fiksi, non fiksi dll?" atau " Waduh tulisan aku layak g ya dibaca?" yang timbul dan mematikan semangat untuk menulis. Terus bagaimana kalau belum menemukan ide apa yang mau ditulis? Salah satu cara menemukan ide ada dipoint kedua tips ini.

MEMBACA
Kedua, Membaca. Membaca buku dan media juga membaca semesta yang terbentang ini. Baik itu sesuatu tema yang akan kamu tulis, atau sesuatu ide tulisan yang baru muncul nanti setelah kamu membaca. Tulisanmu yang belum tuntas karena kehabisan bahan ditengah jalan atau sudah selesai, endapkan beberapa waktu, kemudian baca kembali. Maka kamu sambil membaca ulang bisa mengedit dan melanjutkan tulisan yang belum tuntas tersebut dan bahkan tak jarang lebih berenergi tulisannya.

Tulisan, pilihan kata dan gaya bahasa seseorang tak jauh dari apa yang ia baca. Mulailah menulis, tanggapan orang itu nanti setelah tulisan kamu selesai. Jika memikirkan penilaian orang sebelum kamu memulai menulis itu sama saja dengan menakuti dan bunuh diri. Takut gagal padahal belum melakukan apa-apa itu lebih buruk dibandingkan sudah berbuat tetapi gagal.

@30haribercerita 
#30haribercerita 
#30hbc2021 
#30hbc20tips 
#IWANWahyudi 
#MariBerbagiMakna 
#InspirasiWajahNegeri #reHATIwan 
@iwanwahyudi1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me