Langsung ke konten utama

[ IZINKAN MEREKA MENGHIRUP INDONESIA ]

Mungkin anda sudah tau atau belum mendengar jika banyak anak Indonesia yang lahir, tumbuh dan besar di Indonesia tapi tak menghirup aroma Indonesia. Mereka hanya tau Indonesia dalam teks yang membuat kepala semakin runyam dalam banyak hafalan pelajaran yang kian menumpuk. Dan anda tau bahayanya jika ini berlarut-larut? Identitas tanpa rasa memiliki dan menghadirkan nilai cinta.

Ajak anak-anak Indonesia, sesekali keluar dari rutinitas di daerah tempat ia berdomisili. Bawa mereka merantau agar dikepala mereka ada file baru tentang Indonesia yang luas ini. Izinkan mereka menjelajah Jamrud khatulistiwa semampu mereka dengan ala kadarnya yang mereka miliki. Tidak harus fasilitas mewah dan akomodasi mahal untuk menghirup Indonesia. Karena Indonesia ini ramah dan  tak akan membiarkan anak-anaknya kelaparan saat mereka mencintai negeri nya dengan tulus.

Dalam tiap jengkal Indonesia banyak Inspirasi, dalam tiap hembusan udaranya ada aroma kebahagiaan dan dalam tiap anak-anak Indonesia bertebaran imajinasi, ide serta harapan menjaga dan memperbaiki Ibu Pertiwi.

28012019 09:26 RSUD Sumbawa
@30haribercerita
#30haribercerita #30hbc #30hbc19 #30hbc1928
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna 
#InspirasiWajahNegeri 
#reHATIwan 
www.iwan-wahyudi.net

Foto :
 Mulyadi Ritonga @ritongamulyadi , lokasi Mantar Sumbawa Barat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me