Langsung ke konten utama

[KULIAH, BERSEPEDA DARI JAWA KE SUMBAWA]

 


"Mahasiswa sejak dulu ibarat sebuah kotak yang selalu mengejutkan panggung sejarah dengan pertunjukan siapa dan apapun yang ada didalamnya"
Aunun Nafi bersepeda dari rumah tinggalnya di Pasuruan ke tempatnya kuliah di UTS Sumbawa. Melintasi empat pulau (Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa), ini bukan sekedar perjalanan wisata menikmati eksotisme keempat pulau yang dilaluinya. Tapi sebuah peneguhan atas komitmen menuntut ilmu dan membahagiakan orang tua atas hal itu. Fotonya saat diatas sepeda ketika disalah satu penyebrangan menjadi viral.
Goyes jarak jauh adalah sebuah impian mahasiswa tehnik Sipil ini sejak sebelum kuliah, namun selalu gagal diizinkan ortu seperti keinginannya bersepeda rute Pasuruan-Yogyakarta. Bahagia rasanya saat diizinkan bersepeda melintasi Pasuruan - Sumbawa direstui ortu.


Tak semua orang mampu memilih jalan berjuang yang kadang harus berpenat dan meneteskan peluh diantara fasilitas nyaman miliki ortu yang melenakan dan memanjakan. Apalagi pilihan itu diusia remaja saat kelabilan emosi masih cukup sangat.
Dikampus UTS ini saya banyak belajar tentang sebuah pengorbanan, berbagi beraneka inspirasi dan harapan, keteladanan toleransi akan keberagaman negeri ini, arti genggaman dan rangkulan tangan bangkit dari kegagalan, kekuatan dahsyat tersembunyi para elang-elang muda Nusantara. Teruslah kalian menjadi mahasiswa yang mengejutkan pentas sejarah dengan beragam cara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...