Langsung ke konten utama

[MENGEJA ULANG JEJAK MASJID-MASJID ITU]

 


Bermula dari sebuah ide saat Ramadhan 2015, untuk kembali menapak tilasi Masjid-masjid yang pernah saya singgahi selama ini terutama di Lombok dan Sumbawa. Entah dari mana awal terbersitnya ide itu (mungkin hidayah dibulan suci waktu itu kali yah).

Selain mengunjungi satu persatu, saya juga menginventarisir nama-nama masjid yang pernah disinggahi. Lalu mengunjunginya, mendokumentasi, memberi narasi - tentang apa kesan yang melekat, fasilitas yang ada di masjid/mushalla-, dan mempostingnya ke media sosial.

Suatu waktu saya bertemu Aba Du Wahid (salah seorang Doktor pengajar di UIN Mataram), beliau bertanya tentang apa ending dari masjid/mushalla yang saya posting? dan hasil diskusi kami simpulkan sebuah ending yang ingin dicapai . Hampir setiap bertemu beliau selalu "menagih" ending itu. Ya, ending itu harus segera diwujudkan.

Saya kini kembali memposting masjid/mushalla itu, menuntaskan sebuah janji dan berbagi spirit masjid/mushalla.
========
Masjid Al-Ikhlas Mastoeno Perumahan Mavilla Rengganis Lombok Barat #MasjidtoMosque

Saat itu tahun 2010 saya bermaksud untuk silaturahim kesalah seorang senior di Jalan Matahari BTN Mavilla Rengganis, namun saat tiba dikompleks perumahan tersebut memasuki waktu adzan Ashar sehingga saya singgah di Masjid ini untuk menunaikan kewajiban rukun Islam yang ke- 2 tersebut. Itulah pertama kali saya shalat dimasjid ini.
Colek Sahroni Fajrin, Khairul Akbar MaduIwan Ashadi

lengkapnya klik link dibawah ini.
https://iwaninspirasinet.blogspot.co.id/.../masjid-al...

#055MasjidAlIkhlasMastoeno #MasjidtoMosque 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...