Langsung ke konten utama

[PERCIKAN SAFARI LITERASI]


Dr. Aidh Al-Qarni menulis, "Membaca buku: Nasehat yang membuahkan tangis, kelembutan yang melegakan, keunikan yang mengandung tawa, kelangkaan yang menajubkan, perkara nan indah, larangan yang menakutkan, ungkapan menawan, pembicaraan yang fasih."

Kemudian beliau melanjutkan, "Dengannya didapatkan Basil pikiran brilian, inti dari berita-berita, saringan dari zaman-zaman, ilmu dari krisis-krisis, peristiwa berbagai negeri, siasat para raja, pandangan para ulama, keindahan syair para penyair, pilihan kata para bijak, kedalaman pikiran para filosof, kesucian para ahli hadits, ekstasisme para zahid dan linangan air mata para ahli ibadah."
"Menurut saya kita harus bangga menjadi orang Bima karena di alam inilah kita bisa mengelaborasi pikiran-pikiran dan berkontempelasi. (H. Muhammad Lutfi, SE Walikota Bima )

Di tanah ini, ada lebih dari 100 cerita rakyat, Baru 30 porsen kisah kisah itu ditulis dan dibukukan. Maka perlu upaya serius untuk menggali dan menulis kembali karena sesuatu yang terucap akan berlalu bersama angin, sesuatu yang tertulis akan mengabdi bersama zaman. (Alan Maling, Penulis Bima) 

"Anak muda sudah menggenggam dunia (dalam ponselnya), tidak lagi butuh jendela tapi wajib membaca. Tulislah sesuatu yang menjadi hadiah terbaik." (N. Marewo, Novelis Bima) 

"Saya bangga menjadi orang Bima, walaupun berada di Hongkong semoga dapat berkontribusi dalam menerbitkan karya-karya penulis Bima." ( Laras Sufi , Direktur El-Sufi Publishing) 

"Sastra bisa menampung semua gejolak dalam diri, mengarungi derita serta membuatmu lebih peka serta berdaya." (Dr. Helvy Tiana Rosa , pendiri Forum Lingkar Pena)

Ada dua hal yang saya khawatirkan saat memandu acara kemarin sebagai moderator : pertama, ini perdana jadi moderator pada acara resmi di tanah leluhur Bima (ada rasa gerogi juga). Kedua, saat mulai pembukaan perasaan agak melayang gimana gitu?, efek sebelum berangkat minum obat puskesmas karena sehari sebelumnya kurang fit. Alhamdulillah... bisa memandu hingga tuntas. Terimakasih untuk semua pihak.

Rumah Merpati 22
04092022, 18:17
@iwanwahyudi1
@inspirasiwajahnegeri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me