Langsung ke konten utama

[SAYA TIDAK PERCAYA CORONA]

Hari Rabu 2 Februari 2022 kemarin penambahan kasus covid-19 positif di Indonesia sebanyak 17ribuan orang. Hari ini, Kamis 3 Februari 2022 sebanyak 27ribuan kasus positif. Meningkatnya keren banget kan? 

Yang gini-gini mau takut-takutin kita lagi. Tahun ini bakal jadi puasa ke tiga di mana tak semeriah dulu sebelum covid dan bakal di larang mudik lagi. Kenapa sih lonjakan covid ini tidak terjadi sebelum atau sesudah puasa + lebaran?
Gimana rasanya sekolah atau kuliah sebelum covid, saat dua tahunan covid dengan kuliah online dan beberapa bulan ngerasain PTM 100% alias normal offline lagi? 

Pasca puncak kedua covid Juni-Agustus 2021 lalu. Kehidupan sudah normal lagi. Yang pake masker sudah mulai langka cuma satu-dua mirip sebelum covid yang pake masker cuma mereka yang alergi debu. Di tempat kalian gitu juga kan? Ngaku aja. G bakal dilaporin ke polish dan ditahan dengan dalih tidak taat prokes.
Kalian pernah merasakan gak, bapak, ibu, anak, istri, pacar, mantan, nenek, kakek, cucu mu meninggal dunia karena covid-19? (Pertanyaan ini khusus mereka yang jawab "TIDAK"). Ibarat yang paling tau perih dan sakitnya patah hati itu, ya mereka yang benar-benar putus cinta. Bukan mereka yang buat novel hati yang terluka dan ambyar dengan imajinasi tanpa rasa aslinya. 

Benarkan kalian g percaya sampe sekarang klo covid itu ada? Nanti pas kalian pada titik patah hati, baru percaya bahwa itu ada dan perih beneran, sakit sungguhan, ambyar nya nyata.

03022022
#InspirasiWajahNegeri #MariBerbagiMakna #MelawanDenganDamai #IWANwahyudi #reHATIwan
@inspirasiwajahnegeri
@iwanwahyudi1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...