Langsung ke konten utama

[KETEMU (lagi) DR KAHARUDDIN DJENOD]

Setelah perjalanan full 5 x 24 jam yang panjang ke tiga ibukota negara ASEAN akhir bulan Oktober lalu, ini pertemuan pertama dengan angkatan pertama @pascasarjanauts . Spesialnya malam ini ditemani salah seorang dosen Mata Kuliah saat semester I, DR. Kaharuddin Djenod, M.Eng pengampu Matkul Etika Bisnis.

Sebagian waktu mengalir dengan hangat dan penuh tawa, menceritakan kekonyolan yang kadang terjadi dalam perjalanan karena ulah kocak diantara kita dan rasa tidak percaya akhirnya rencana itu bisa terlaksana padahal beberapa kali mundur, berganti tempat didalam negeri dan kadang dilanda pesimistis. Pokoknya malam Sabtu Seru.
Saat di Jakarta kami mampir ketempat Workshop perusahaannya DR. Kahar, namun tidak bertemu dengan beliau karena pada waktu yang sama ada agenda yang tak bisa diwakilkan. Beliau S1 Nagasaki Jepang dan S2 juga S3 di Hiroshima Jepang Teknik Perkapalan. Selain nostalgia, malam ini saya menambah wawasan terkait ketahanan maritim nasional dan kerjasama industri perkapalan dengan negara lain.

Nostalgia itu adalah ruang jeda fisik, pikiran dan juga jiwa yang kaya akan penyegaran. Pemberhentian yang mampu membangkitkan kembali langkah, yang kadang tertatih dalam rutinitas yang monoton dan perlu waktu berkontempelasi.

17112018 04:10 Kamar 1A5 
#IWANwahyudi 
#MariBerbagiMakna 
#inspirasiwajahnegeri 
www.iwan-wahyudi.net

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...