Langsung ke konten utama

[PANGGILAN SEJARAH]

“ Sejarah akan selalu memanggil mereka yang bergerak. Momentum akan selalu hadir untuk mereka yang berpikir. Suara kemanusiaan akan senantiasa menembus pemilik empati. Kemenangan hanya untuk mereka yang berjuang.”

Pentas sejarah sepanjang peradaban manusia hanya mencatat mereka yang mengambil peran dalam peristiwa-peristiwa yang senantiasa hadir tanpa ada jedanya. Mereka yang bergerak, tak mungkin tinggal diam apalagi menyangkut peristiwa yang tidak biasa, kejadian yang tak mungkin terulang dalam waktu yang dekat, kisah yang akan membuktikan pembeda antara mereka yang sekedar bermalasan dipinggir jalan sejarah dengan mereka anak-anak sejarah.

Momentum dalam setiap peristiwa ada yang memang ia datang karena tuntutan sejarah, sehingga ia menjadi arus yang akan diikuti oleh banyak manusia. Ada kalanya momentum itu harus di rencanakan dan diciptakan sendiri hingga ia mengalir menjadi alur sejarah dan menjadi magnet bagi manusia lainnya untuk membersamai kisah-kisahnya.

Suara-suara yang lahir dari nurani kemanusiaan senantiasa mewarnai kanvas sejarah. Ketika ada hak kemanusiaan yang di rampas ia akan menjadi pemicu sejarah, ketika ada kekuasaan yang berubah menjadi tirani bersiaplah menghadapi perlawanan, saat kedzoliman menjadi kebiasaan tunggu saja gelombang-gelombang yang akan meruntuhkannya. Suara kemanusiaan ini akan selalu menembus hati mereka yang memiliki empati, nurani yang bening dalam memberi fatwa pada pemilik jasad serapuh apapun itu.

Kemenangan adalah ujung dari semua sejarah kejayaan manusia. Kemenangan tak dapat turun simsalabim begitu saja dari langit khayalan ke bumi kenyataan. Kemenangan bukan mimpi yang datang pada mereka yang hanya tidur dan bermalasan. Kemenangan adalah jalan yang perlu di tapaki dengan langkah, getaran yang harus dibunyikan hingga semua mendengarnya, sebuah kebanggaan sehingga banyak yang berkorban tanpa batas bersamanya. Ia barisan yang selalu memiliki pengikut, baik sedikit maupun banyak. Ia onak dan duri yang perlu di lalui dengan peluh, penat, airmata bahkan tetesan darah yang meresapi rasa nikmat pada setiap pelakunya. 

Panggilan sejarah itu kadang samar-samar tapi nyata. Dilain waktu menggelegar menghentak manusia, namun perlu di ingat tak semua merespon dan memenuhi panggilan tersebut. Karena ini pentas orang-orang pilihan yang memiliki keyakinan akan yang diperjuangkan, semangat memburu yang mengalahkan kegelapan, kemantapan hati dan pikiran untuk selalu berkorban dan kelapangan jiwa membingkai semua dalam pesona keikhlasan.

10102020
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna #reHATIwan
#InspirasiWajahNegeri
@iwanwahyudi1
@inspirasiwajahnegeri

http://iwanwe.blogspot.com/2020/10/160-panggilan-sejarah.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me