Langsung ke konten utama

KAMPUNG DIGITAL PRINTING BUNGUR (ASEANstudy 3)

Awalnya dari ketinggalan Spanduk di Lombok International Airport untuk kunjungan belajar ke tiga negara ASEAN selama  5 hari. Setelah setengah hari berkeliling di Puspitek Jakarta ditengah penat harus segera mencari tempat percetakan sepanduk yang bisa jadi hari itu juga karena esok subuh-subuh harus sudah berangkat.
Setelah tanya disekitar penginapan maka tersebutlah daerah Salemba. Tak sampai di Salemba tersasar di Pramuka. Kemudian sampailah di kelurahan Bungur Kec. Senen Jakarta. Saya terkaget setelah masuk ke jalan Kali Baru Timur hampir semua sisi jalan yang lebar tak lebih 4 meter dipenuhi oleh usaha digital printing.
Baik itu percetakan kertas, stiker, spanduk vinyl, kaos dan berbagai jenis percetakan lainnya. Tak tanggung-tanggung jam bukanya mulai jam 20.00 sd 24.00wita, bahkan hari Minggu tetap buka 09.00 sd 18.00wita.
Saat menunggu cetakan sepanduk kami yang harus menunggu satu jam, saya sempat bertanya pada tukang parkir percetakan, sejak kapan daerah ini menjadi pusat percetakan?. Ternyata saat yang bersangkutan masih SMP didaerah ini telah ada banyak percetakan, namun sesuai dengan jenis cetakan yang ada pada jaman itu. Kebanyakan usaha ini ditekuni oleh warga asli kelurahan Bungur, walau ada beberapa pendatang yang mengadu untung dibisnis tersebut.
22102018 19:30wita Rajaprint
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna 
#InspirasiWajahNegeri 
#ASEANstudy 
www.iwan-wahyudi.net

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...