Langsung ke konten utama

[APA YANG AKAN TERSISA ?]

Setiap apapun peristiwa yang kita lalui tentu yang akan menjadi pertanyaan apa yang akan dihasilkan? dan apa yang akan seterusnya dirasakan? Saat sakit kita akan dirawat dirumah sakit, tentu tujuan dan hasil yang diinginkan adalah sembuh, setelah sembuh dan pulang dari perawatan jangan lupa dengan sebuah pertanyaan apa seterusnya yang dirasakan pasca itu? Maksudnya kesan apa yang paling mendalam saat perawatan dan tak terlupakan sehingga akan menjadi kenangan atau spirit sepanjang masa minimal hikmah hingga kita akan menjaga diri agar tidak masuk Rumah Sakit atau perawatan lagi.

Atau saat Ramadhan, bulan suci penempaan ummat Islam pertanyaannya apa target/hasil yang ingin dicapai? Jelas full puasa sepanjang bulan dan menghidupkan hari2nya dengan amal produktif secara maksimal. Lalu apa yang membekas dirasakan pasca Ramadhan bagi diri kita untuk melalui bulan2 selain Ramadhan setelahnya?

Event Nasional MTQ XXVI di NTB, ini perlu jangka lama agar menjadi tuan Rumah kembali. Apa target yang dihasilkan? Sukses penyelenggaraan sebagai tuan rumah, sukses juara dengan berbagai nominasi. Lalu pertanyaan lagi apa yang tersisa dari MTQN? Untuk penyelenggara pemda? Untuk peserta? Untuk dewan hakam? Juga untuk kita warga NTB? Hingga entah kapan jadi tuan rumah kembali.

Mataram 06082016
www.iwan-wahyudi.net

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me