Langsung ke konten utama

[WAKTU DAN KETULUSAN PERSAHABATAN]

Mengetahui sifat dasar seseorang tidak dapat dilakukan dalam sekejap mata, termasuk pada sahabat sekalipun. Ketulusan dan sifat dasar seorang sahabat dapat dinilai saat berperjalanan bersamanya.

Seiring dengan berjalanannya waktu tentu bersamaan juga dengan makin panjangnya daftar nama kenalan dan sahabat kita. Ikatan persahabatan akan kokoh setelah kita mengetahui dan memahami sifat satu dengan lainnya, mengakui setiap kelebihan sebagai potensi berbagi kebaikan dan berempati dalam kekurangan sebagai ladang untuk saling membantu dan menopang. 

Salah satu alat uji ketulusan persahabatan adalah perjalanan waktu. Semakin engkau melakukan perjalanan dalam waktu yang lama maka engkau akan mengetahui sifat masing-masing sahabat yang dimiliki. Kepekaan, empati dan kepeduliannya akan terbentur oleh kondisi saat engkau sedang senang atau kesulitan. Para sahabat empatinya tak berkurang saat kita kesulitan dan kepekaannya tak berlebihan saat engkau mendapatkan kegembiraan.

Salah satu perjalanan yang pernah saya lakukan dan sungguh membuktikan arti persahabatan dan mengetahui sifat dasar persahabatan adalah mendaki gunung bersama. Perjalanan berat yang tak biasa dan dalam waktu yang tak singkat. Saat lelah dan lapar atau senang telah berada dipuncak, kita bisa mengetahui dan menilai karekater masing-masing dan ketulusan persahabatan.

Melihat dan menilai seseorang adalah membandingkannya saat berada dibawah dan kesulitan dengan saat ia berada diatas dan berlimpah kebahagiaan. Jika sifatnya tak berubah maka sejatinya itulah karakter ia sebenarnya.

22062018 06:03 kamar 1A5
#IWANwahyudi 
#MariBerbagiMakna 
#InspirasiWajahNegeri 
www.iwan-wahyudi.net

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me