Langsung ke konten utama

[MENYIMAK KISAH]

Salah satu kesempatan dan keuntungan bertemu dan silaturahim dengan orang-orang tua dan dituakan adalah mendengarkan kisah. Secara usia mereka lebih dahulu dari kita dan secara pengalaman sudah banyak asam garam yang telah dicicipinya.

Mengapa kita harus menyimak kisah yang mereka tuturkan?

1. Kisah mereka tentunya buah dari pengalaman hidup yang panjang yang bisa jadi itu adalah pengalaman yang sama pernah kita lalui atau belum pernah kita rasakan sekalipun. Kita bisa melihat sudut pandang mereka melaluinya guna memperkaya wawasan manajerial kehidupan. Baik itu merefleksikan sebuah pengalaman dan yang terpenting manajemen antisipatif jika kisah serupa menyapa dimasa yang akan datang.

2. Kisah mereka tanpa kita sadari adalah pewarisan narasi kehidupan. Setiap kata yang terucap bisa jadi itu bukan sekedar nostalgia tapi sebuah pewarisan atas sebuah cita-cita yang telah terwujud untuk senantiasa dijaga muatan kebaikannya atau sebuah penyerahan tongkat melanjutkan kisah yang selama ini menjadi harapan besar mereka dan belum terwujud.

3. Koneksi ikatan hati. Tidak semua orang mau berkisah tentang kehidupannya pada publik, mengisahkan ruang privasi yang selama ini menjadi rahasia hati. Orang hanya mau bercerita pada siapa yang dirasa oleh jiwanya dapat menampung alur episode kehidupannya, pesan hati yang disampaikan, gejolak emosi yang dirasakan hingga wasiat pada punggung siapa bisa memikulnya.

Teruslah bersilaturahmi, menyimak banyak kisah dari berbagai manusia, memetik saripati hikmahnya dan berbagi segala maknanya.

15062018 16.23 Teke Village
#IWANwahyudi 
#MariBerbagiMakna 
#InspirasiWajahNegeri 
www.iwan-wahyudi.net

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...