Langsung ke konten utama

[SKETSA MASA DEPAN BANGSA]

" Seperti apa rumah Indonesia ini kedepan dan peradaban bangsa esok sketsanya dapat dibaca dari raut wajah para pemudanya "

Jika banyak yang sedang gundah menebak seperti apa masa depan bangsa ini atau malah gelap sama sekali tanpa bayangan sedikitpun, maka biar kami dalam sunyi dan tanpa hiruk pikuk menyiapkannya walau cuma langkah kecil yang mungkin nyaris tak terdengar suaranya.
Benar seperti pepatah "lebih baik menyalakan obor daripada mengutuki kegelapan". Semakin banyak yang cuma bisa mengutuk, hanya akan menimbulkan kegaduhan, tak menjawab kegundahan.

Ketika kita membersamai pemuda negeri ini setidaknya itu merupakan dua investasi. Pertama, investasi bagi diri sendiri. Ia akan menjadi amal yang tentu memiliki efek pada diri kita para pelakunya. Kedua, ia akan menjadi sumbangsih pada lingkungan sekitar. Walau hanya kerja kecil, namun ini adalah garis-garis sketsa masa depan bangsa yang nanti akan saling terhubung dengan aktifitas serupa ditempat-tempat lain yang saya yakin sedang bergeliat sejak lama, sekarang dan seterusnya.
Hari ini saya bersyukur, setidaknya dapat bertukar pengalaman dengan Mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia yang tergabung dalam UKM LDK KALAM Universitas Teknologi Sumbawa. Esok mereka akan kembali ke penjuru tanah air tempat berasal dan menjadi bagian dari masyarakat, tentunya bukan sekedar masyarakat biasa, tapi para sarjana yang tercerahkan pikirannya dan dapat menggerakkan lingkungannya dalam gelombang kebaikan.

23022019 22:37 Perpustakaan UTS
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna
#InspirasiWajahNegeri #reHATIwan
www.iwan-wahyudi.net

Komentar

Postingan populer dari blog ini

07 [EMAS ACEH UNTUK INDONESIA] Gerimis Desember

  Pada 16 Juni 1948, Presiden Soekarno berpidato di Kutaraja (sekarang Banda Aceh), salah satu isinya meminta rakyat Aceh menyumbang untuk Republik yang masih rentan karena kekosongan kas negara. Kemudian para Teungku dan tokoh Aceh ikut turun tangan, diantaranya Teungku Muhammad Daud Beureueh dengan pengaruhnya dan Teungku Nyak Sandang yang saat itu masih berusia 23 tahun, berinisiatif menjual emas dan tanah miliknya. Kemudian diikuti oleh para saudagar kaya Aceh hingga rakyat kecil pun banyak berkontribusi menyumbang emas yang disimpannya secara sukarela.   Pada akhir kunjungannya 20 Juni 1948 dari rakyat Aceh terkumpul 20 kilogram emas dan setidaknya tidak kurang 120 ribu dolar Singapura untuk membeli sebuah pesawat Dakota pertama milik republik yang diberi nama RI-001 Seulawah. (Buku “Pemuda Inspirasi Wajah Negeri” halaman 22-23). Banjir dan longsor yang menimpa Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera Utara akhir bulan November lalu memakan korban lebih dari 900 jiwa meninggal ...

13 [SAKIT DAN MINDSET] Gerimis Desember

  Akhirnya harus konsultasi ke dokter setelah tiga hari mencoba survive dengan batuk dan radang tenggorokan. Biasa akhir-akhir ini penyakit musim cuaca tak menentu banyak mencari tempat di masyarakat, macam batuk, flu, radang, demam dan sekawanan nya. Dan saya beruntung beberapa dokter tempat meminta "racikan" penyembuh selalu memberi ruang bertanya dan dapat pencerahan lebih banyak dari waktunya memeriksa di atas ranjang pemeriksaan. Saya sampaikan, coba-coba saya lihat di dunia maya tentang sakit yang diderita. Terkait penyebab, gejala, efek samping dan pengobatannya. Si dokter memberi saran agar tidak sepenuhnya mengikuti hal itu. Sebab tanpa didasari pemeriksaan terhadap pasien yang membaca, tiap pasien tidak sama persis gejalanya. Apalagi kemudian video-video di media sosial itu mempengaruhi mindset dan alam bawah sadar hingga menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan berlebihan pada sakit yang di derita. Ujungnya kepikiran dan membuat tubuh lebih cepat drop. Kami tutup ...

12 [BUKU KARYA KOMUNITAS] Gerimis Desember

  Buku karya para pegiat menulis tentu sudah biasa. Buku karya komunitas literasi, itu harus karena merupakan pembuktian. Buku tulisan komunitas menulis, tidak aneh. Yang malahan aneh jika komunitas menulis tidak memproduksi tulisan dan melahirkan buku karya. Bulan lalu alhamdulillah bersua dengan buku "Bukan Kisah Biasa, Perjalanan Cinta Para Pejuang Al-Qur'an" dan berjumpa salah seorang penulisnya Mbak Rahayu Praya Ningsih . Bukunya masih hangat, terbit bulan November lalu. Berisi 25 tulisan dari 14 penulis pegiat Al-Qur'an pada Graha Alquraniyah Mataram. Isinya terkait kisah-kisah inspiratif dan berenergi yang tercecer dari aktivitas mereka pada zona pengabdiannya tersebut. Walau saya dulu pernah membaca cemoohan seorang akademisi, "Nulis buku kok banyak sekali penulisnya?". Saya dalam hati bertanya balik, "Emang ada larangannya dan haram?". Mungkin si akademisi lupa ini buku, bukan jurnal yang punya batasan jumlah penulis. Selalu angkat to...