Langsung ke konten utama

[SAHABAT dan KEBUTUHAN]

Dalam hidup ini pasti setiap kita memiliki kebutuhan. Dan tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi sendiri, namun perlu orang lain. Kita butuh sahabat diantara banyak orang di sekeliling untuk memenuhi kebutuhan.

Jika kita berada dalam keberadaan atau popularitas tentu akan banyak orang mengerubuti. Jangankan orang dekat, orang yang tak dikenal dan bahkan baru sekali bertemu saja merasa paling kenal dengan kita. Yang seperti ini jangan sekali-kali menjadikannya sahabat cukup sebagai kenalan saja karena jelas parameternya cuma materi.

Sedikit jumlahnya mereka yang memiliki empati, datang membantu tanpa kita berteriak sedang butuh. Tiba bersilaturahmi tanpa alasan materi. Merekalah yang layak dijadikan sahabat. Datang disaat musibah, mengulurkan tangan bila berduka, dan ada dikala yang lain beralasan untuk tiada.

Alhamdulillah hampir dua tahun tidak bertemu beliau, Dae Weo panggilan akrab anggota DPRD Kota Bima dari PKS dua periode bernama Anwar Arman ini. Dalam panggilan Bima nama kami memiliki kesamaan "Dae Weo". Banyak nasehat yang beliau sampaikan terutama menjaga pola hidup sehat : makan dan istirahat diantara aktifitas kita yang tak mengenal waktu. "Karena semua tidak dirasakan seketika itu saja, tapi nanti setelah berusia dan biaya pengobatannya akan mahal dibandingkan membiasakan hidup sehat" pesan mantan jurnalis ini.

Walau berbeda usia cukup jauh, namun diskusi dan dialog dengan beliau seperti sahabat saja. Tak ada jarak yang menghadirkan sungkan. Dan gaya beliau dari dulu (sebelum menjadi pejabat) sampe sekarang masih tetap khas dan tak berubah kesahajaannya, dapat dihubungi kapan saja. 

Tetaplah menjaga persahabatan, jangan batasi ia dengan nilai materi kebutuhan.

28022018 Kamar A15
#IwanWahyudi
#MariBarbagiMakna
#InspirasiWajahNegeri
#KomunitasGerimis
www.iwan-wahyudi.net

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me