Langsung ke konten utama

[MEMILIH ATAU MEMERANKAN LAKON]

Kadang engkau benar-benar harus melalui jalan itu sendiri, menguji ketangguhan yang dimiliki, mengatur strategi dan aksi bahkan dalam sunyi karena tidak ada orang lain yang membersamai. Semua resiko ditanggung sendiri.

Kadang langkah itu harus berbagi berdua, menyatukan banyak perbedaan dan bersenyawa agar ada kristalisasi yang akan lebih dibandingkan sendiri. Kebebasan menentukan kini batasi dengan keberadaan orang lain. Tak boleh lagi ada monopoli dominasi, karena akan menghambat langkah.

Kadang jalan itu dilalui dengan banyak orang dengan karakter, kemampuan, posisi, rasa bahkan keunikan yang jauh lebih beragam. Disini bukan hanya kemampuan merayu seseorang semata tapi menggerakkan banyak orang. Tak cuma bersenyawa tapi kolaborasi antar senyawa-senyawa yang terbentuk. 

Lakon langkah sendiri, berdua atau dengan banyak orang tentu tak selamanya pilihanmu. Ia bisa merupakan lakon yang tinggal diperankan tanpa ada pilihan.
Jika ia adalah pilihan maka engkau bisa mencari yang terbaik, yang paling mudah namun menghasilkan sesuatu yang terbesar.

Bila ia lokan yang engkau tinggal perankan saja, maka ia akan menjadi sebuah tantangan agar keluar dari zona nyaman. Memeras semua energi, imajinasi dan nurani untuk menyelaraskan kolaborasi yang tak sederhana dalam eksekusi.

Kita semua pemilik lakon masing-masing. Tak ada satu manusiapun tanpa lakon, kecuali ia sudah pensiun dalam pentas panggung dunia ini. Selamat menikmati dalam proses lakon masing-masing.

@30haribercerita 
#30haribercerita 
#30hbc202020 
#IWANWahyudi
#MariBerbagiMakna
#InspirasiWajahNegeri #reHATIwan
@iwanwahyudi1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...