Langsung ke konten utama

204 [NOSTALGIA DAN BUKU BARENG]



Sejak awal dimulai Zoomeet semalam suasana nostalgia mulai terasa. Pengantar di awal oleh Hasbi punggawa Teras Positif @teraspositif penyelenggara acara yang pernah menjadi Ketua BEM Fikom UTS (Universitas Teknologi Sumbawa). Kemudian mukadimah kelas on line oleh Ridho Fi Sabilillah @melayang_ketimur yang menyapa beberapa anak Fikom angkatannya seperti Shella, menarik memori yang tertindis empat tahun lamanya. 

Melihat para elang muda (sapaan kami pada mahasiswa dan alumni UTS) telah eksis pada titiknya masing-masing pasca kampus, mengingatkan pada filosofi elang. Ia akan mengepakan sayapnya dan terbang tinggi. Bergerak dan menggerakan, bergerak dan melintasi banyak ruang dan beragam tempat. 

Saya pribadi mengenal Ridho akhir 2017 saat buku antologinya menjadi salah satu buku yang diluncurkan pada acara yang bertempat di Istana Dalam Loka, Sumbawa. Kemudian lebih dekat sejak 2019, apalagi setelah itu menulis bareng para mahasiswa UTS 2014-2017 pada buku “Kepak Sayap Elang Muda, Dari Sumbawa Untuk Semesta”.

Dalam perjalanan di atas saya menyerap satu pelajaran kehidupan. Bahwa kebaikan dan kebahagiaan yang pernah kita bagikan pada sesama, akan kembali pada diri sendiri dan menyebar lagi pada banyak orang dengan cara dan gayanya masing-masing.

Saya teringat potongan ayat 2 pada Surah Al-Maidah yang Bu Omah tugaskan kami hafal saat pelajaran Agama Islam kelas 5 SD.

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan.”

Kebajikan itu akan saling menolong dengan kebajikan lainnya tanpa batas ruang, waktu dan keadaan. Dan sekarang kami ditautkan kembali dalam kelas menulis on line dan InsyaAllah buku bersama lagi. 
Bismillah…

Cordova Street A-03, 28 Juni 2025
#MariBerbagiMakna #reHATIwan #reHATIwanInspiring #MemungutKataKata #Gerimis30Hari #Gerimis_Juni25_28 #IWANwahyudi
@gerimis30hari @ellunarpublish_ @rehatiwan @rehatiwaninspiring 
www.rehatiwan.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[PRABOWO, BUKTIKAN ! JANGAN JANJI TERUS]

Episode yang membuat semua mata anak bangsa bahkan sudah tersiar ke media internasional, bagaimana Rantis Baracuda Brimob melindas pengemudi ojol hingga tewas bernama Affan Kurniawan, Kamis malam lalu. Ini bisa menjadi "martir". Seperti mahasiswa Arief Rahman Hakim 1966 dan empat pahlawan Reformasi 1998, yang kemudian kita semua tau berujung pada berakhirnya Soekarno dan tumbangnya Soeharto.  Sejak malam itu para pengemudi Ojol menunjukan solidaritas nya di depan Mako Brimob hingga pagi.  Aksi solidaritas kemudian menjalar ke beberapa daerah di tanah air pada hari Jum'at. Bukan saja pengemudi ojol saja, tapi mahasiswa dan rakyat ikut turun. Pengrusakan, terutama kendaraan dan kantor polisi tak bisa dihindari.  Presiden hingga Ketua DPR Puan memberikan pernyataan permohonan maaf ditambah kalimat, "Nanti kami akan perbaiki" hal-hal yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Lebih kurang demikian, ininya NANTI. Ini artinya berjanji.  ...

014 [PERANG DIPONEGORO, PERANG TERMAHAL BELANDA DI INDONESIA]

  Belanda salah satu penjajah Indonesia yang sangat lama dibandingkan negera lainnya. Hal itu bukan berarti mulus-mulus saja. Perlawanan di berbagai daerah di Nusantara meletus silih berganti sepanjang waktu. Walau dengan persenjataan yang sebanding, namun api perjuangan itu tak mampu dipadamkan dengan mudah hingga kemerdekaan itu benar-benar diproklamasikan. Salah satu perang yang dicatat sebagai perlawanan terbesar dan termahal yang dihadapi oleh Belanda ialah Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang meletus selama lima tahun sejak tahun 1825 hingga 1830. Penyebab dari perang Diponegoro ini diantaranya, Belanda ikut campur tangan dalam kehidupan keraton yang pastinya merupakan akal licik untuk mempengaruhi dan mengadudomba. Selain itu beban ekonomi rakyat akibat aturan pajak yang diberlakukan Belanda, pengusiran terhadap rakyat karena tanahnya termasuk tanah yang disewakan. Dan yang paling khusus adalah pemasangan patok-patok jalan oleh Belanda yang melintasi makam para leluhur Pa...

[DARI CAHAYA LAMPU KITA BELAJAR MENJAGA FASILITAS NEGARA]

Suatu ketika khalifah Umar bin Khatab RA kedatangan seseorang saat mengerjakan tugas Negara dengan diterangi cahaya lampu. Setelah mempersilahkannya masuk dan duduk sang Khalifah bertanya pada tamu “ Apakah yang akan kita bicarakan adalah masalah Negara atau masalah pribadi ? “ . Ketika sang tamu menjawab permasalahan pribadi Umar langsung mematikan lampu dan sang tamu dibuatnya terkejut. Belum habis keterkejutan sang tamu pemimpin kaum muslimin ini menjelaskan, sebelum sang tamu datang ia sedang mengerjakan tugas Negara dengan menggunakan lampu yang merupakan fasilitas Negara, sekarang kita akan membicaraka permasalahan pribadi sehingga tidak layak jika juga harus menggunakan fasilitas Negara. Mungkin cerita diatas menyadarkan kita akan pentingnya menjaga dan memisahkan mana yang menjadi amanah Negara atau public yang sedang melekat pada kita dengan status pribadi kita. Kisah diatas kemudian melahirkan pertanyaan ngeles kita “ Ah itukan wajar karena mereka sahabat Rasul da...