Episode yang membuat semua mata anak bangsa bahkan sudah tersiar ke media internasional, bagaimana Rantis Baracuda Brimob melindas pengemudi ojol hingga tewas bernama Affan Kurniawan, Kamis malam lalu. Ini bisa menjadi "martir". Seperti mahasiswa Arief Rahman Hakim 1966 dan empat pahlawan Reformasi 1998, yang kemudian kita semua tau berujung pada berakhirnya Soekarno dan tumbangnya Soeharto.
Sejak malam itu para pengemudi Ojol menunjukan solidaritas nya di depan Mako Brimob hingga pagi.
Aksi solidaritas kemudian menjalar ke beberapa daerah di tanah air pada hari Jum'at. Bukan saja pengemudi ojol saja, tapi mahasiswa dan rakyat ikut turun. Pengrusakan, terutama kendaraan dan kantor polisi tak bisa dihindari.
Presiden hingga Ketua DPR Puan memberikan pernyataan permohonan maaf ditambah kalimat, "Nanti kami akan perbaiki" hal-hal yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Lebih kurang demikian, ininya NANTI. Ini artinya berjanji.
Setidaknya untuk meredam aksi solidaritas kian meluas di berbagai daerah lain (karena sedang konsolidasi) hingga beberapa hari ke depan yang tidak menutup kemungkinan anarkisme hadir. Para pemimpin bangsa langsung bertindak dan melakukan sesuatu yang konkrit, bukan memupuk janji yang akan terkesan cuma -meminjam istilah Prabowo- "omon-omon". Bertindak cepat dan langsung pada penyulut sumber utama demonstrasi rakyat.
Pak Pliiiiis alias tolong.
Cepat peka dan segera selesaikan penyulut kemarahan rakyat dan demonstran. Anda ini kan Jenderal dan komandan tempur. Jangan cuma omon saja.
1. Cabut semua peraturan pajak yang belakangan ini menindas rakyat. Nanti bisa dibicarakan kembali dengan adil dan berpihak. Jangan sampai seperti bupati Pati yang kader Gerindra juga, walau peraturan sudah dicabut, tapi aksi masih terus bahkan menuju pemakzulan.
2. Copot dan ganti Kapolri, Komandan Brimob dan komandan satuan yang terlibat secara hirarki dengan tergilasnya Affan Kurniawan oleh Baracuda Brimob di arena demo pada Kamis Malam di Jakarta.
3. Bersihkan kabinet merah-putih dari oknum yang terindikasi tidak bersih dan membuat kaduh publik dengan pernyataan-pernyataannya.
4. Demonstrasi yang akan menjalar bahkan ada anarki di kota akan mengganggu kondisi ekonomi yang sudah tidak baik-baik saja. Stabilitas nasional dan daerah terganggu. Media internasional akan tidak tinggal diam.
5. Politik berubah sesuai dengan kemana arus menguntungkan. Di DPR boleh anda mayoritas dan kuat. Tapi, lihat 1998 mereka semua berbalik arah hanya beberapa bulan setelah aklamasi mutlak menetapkan Soeharto. Kabinet Merah Putih banyak aktivis 1998, termasuk wakil rakyat dari Gerindra partai Anda juga demikian. Bukankah kabinet terakhir Soeharto dan DPR ABG (ABRI, Birokrat, Golkar) juga diisi berisi aktivis angkatan 1966. Ayo Pak, hal itu tidak boleh terjadi pada Anda.
Buku "Paradoks Indonesia" yang Anda tulis sebagai kegelisahan yang juga mewakili kami rakyat juga. Jangan sampai malah menjadi "Paradoks Prabowo".
Saya bukan pakar tata negara dan hukum, bukan juga guru besar, tidak juga pejabat intelejen apalagi tokoh dengan massa banyak. Atau orang yang digaji dengan uang pajak dari rakyat. Cuma rakyat biasa yang prihatin dan mencintai Republik ini.
Iwan Wahyudi
Penulis buku "Melawan Dengan Damai"
Komentar
Posting Komentar