Langsung ke konten utama

054 [MENULIS RAMADAN]

Salah satu yang diingat masa sekolah dulu saat Ramadan adalah buku agenda Ramadan. Baik buku yang dibeli atau buat sendiri menggunakan buku tulis. Di sana terdapat lembaran ibadah Ramadan, ceramah dan kultum usai shalat yang juga mencantumkan nama penceramah plus wajib dibubuhi tanda tangan. Antri berebut tandatangan ini juga punya sensasi tersendiri. 

Di usia yang sudah dewasa dan tak ada lagi evaluasi macam itu, tentu perlu ruang introspeksi diri dan mendokumentasikan kisah-kisah Ramadan. Yang kian kesini makin seru, makin kesini kian banyak pembelajaran hidup yang dihadapi, lalui dan dapati. 
Ramadan dengan segala kemuliaannya saja ide dan energi tulisan yang tak pernah habis walau diulang terus setiap tahunnya. Belum lagi bagaimana berinteraksi dengan Ramadan, sebuah tema yang selalu menemui hal baru setiap tahunnya. 

Menulis Ramadan, sebuah cara berbagi sederhana bila tak mampu berbagi harta. Menggores pena Ramadan, sebuah cara mudah menceritakan dan mengajak pada kebaikan bila belum sanggup berceramah di atas mimbar. Menulis Ramadan, langkah kecil mengabadikan diri bersama Ramadan. Bukan hanya sekedar jadi kenangan, tapi berbagi nilai, memberi makna dan mewariskan indahnya berRamadan cara kita sendiri dalam jagad media sosial. 

Paket data dibeli dari uang rejeki dari-Nya, HP android dan media canggih lainnya juga karunia dari-Nya. Pikiran, jiwa, rasa, jari yang mengetik juga nikmat dari-Nya. Saatnya menggunakan itu semua sesuai dengan fitrahnya, apalagi jika bukan sesuai dengan perintah-Nya. Menulis Ramadan, bersyukur atas nikmat Ramadan dari-Nya. 

Terima kasih @sobatnulis.id yang menjadi teman salim berbagi cerita Ramadan. 

Rumah Merpati 22, 1 Maret 2025
#jelajahramadan #jelajahramadhan #MariBerbagiMakna #MemungutKataKata #InspirasiWajahNegeri #reHATIwanInspiring #IWANwahyudi #rehatiwan 
@rehatiwaninspiring @rehatiwan
www.rehatiwan.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[PRABOWO, BUKTIKAN ! JANGAN JANJI TERUS]

Episode yang membuat semua mata anak bangsa bahkan sudah tersiar ke media internasional, bagaimana Rantis Baracuda Brimob melindas pengemudi ojol hingga tewas bernama Affan Kurniawan, Kamis malam lalu. Ini bisa menjadi "martir". Seperti mahasiswa Arief Rahman Hakim 1966 dan empat pahlawan Reformasi 1998, yang kemudian kita semua tau berujung pada berakhirnya Soekarno dan tumbangnya Soeharto.  Sejak malam itu para pengemudi Ojol menunjukan solidaritas nya di depan Mako Brimob hingga pagi.  Aksi solidaritas kemudian menjalar ke beberapa daerah di tanah air pada hari Jum'at. Bukan saja pengemudi ojol saja, tapi mahasiswa dan rakyat ikut turun. Pengrusakan, terutama kendaraan dan kantor polisi tak bisa dihindari.  Presiden hingga Ketua DPR Puan memberikan pernyataan permohonan maaf ditambah kalimat, "Nanti kami akan perbaiki" hal-hal yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Lebih kurang demikian, ininya NANTI. Ini artinya berjanji.  ...

014 [PERANG DIPONEGORO, PERANG TERMAHAL BELANDA DI INDONESIA]

  Belanda salah satu penjajah Indonesia yang sangat lama dibandingkan negera lainnya. Hal itu bukan berarti mulus-mulus saja. Perlawanan di berbagai daerah di Nusantara meletus silih berganti sepanjang waktu. Walau dengan persenjataan yang sebanding, namun api perjuangan itu tak mampu dipadamkan dengan mudah hingga kemerdekaan itu benar-benar diproklamasikan. Salah satu perang yang dicatat sebagai perlawanan terbesar dan termahal yang dihadapi oleh Belanda ialah Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang meletus selama lima tahun sejak tahun 1825 hingga 1830. Penyebab dari perang Diponegoro ini diantaranya, Belanda ikut campur tangan dalam kehidupan keraton yang pastinya merupakan akal licik untuk mempengaruhi dan mengadudomba. Selain itu beban ekonomi rakyat akibat aturan pajak yang diberlakukan Belanda, pengusiran terhadap rakyat karena tanahnya termasuk tanah yang disewakan. Dan yang paling khusus adalah pemasangan patok-patok jalan oleh Belanda yang melintasi makam para leluhur Pa...

[DARI CAHAYA LAMPU KITA BELAJAR MENJAGA FASILITAS NEGARA]

Suatu ketika khalifah Umar bin Khatab RA kedatangan seseorang saat mengerjakan tugas Negara dengan diterangi cahaya lampu. Setelah mempersilahkannya masuk dan duduk sang Khalifah bertanya pada tamu “ Apakah yang akan kita bicarakan adalah masalah Negara atau masalah pribadi ? “ . Ketika sang tamu menjawab permasalahan pribadi Umar langsung mematikan lampu dan sang tamu dibuatnya terkejut. Belum habis keterkejutan sang tamu pemimpin kaum muslimin ini menjelaskan, sebelum sang tamu datang ia sedang mengerjakan tugas Negara dengan menggunakan lampu yang merupakan fasilitas Negara, sekarang kita akan membicaraka permasalahan pribadi sehingga tidak layak jika juga harus menggunakan fasilitas Negara. Mungkin cerita diatas menyadarkan kita akan pentingnya menjaga dan memisahkan mana yang menjadi amanah Negara atau public yang sedang melekat pada kita dengan status pribadi kita. Kisah diatas kemudian melahirkan pertanyaan ngeles kita “ Ah itukan wajar karena mereka sahabat Rasul da...