Langsung ke konten utama

051 [SELAMAT MENJELAJAH RAMADAN]

InsyaAllah sesaat lagi kita akan berjumpa dengan bulan yang dirindukan, yang disebut-sebut pada do'a setahun silam ketika berpisah. Bulan yang datang mengobati rindu akan kemuliaan, rindu akan suasana ilahiyah sepanjang siang dan malam. Bulan saat semesta maya dan nyata menyambut dan mengisinya dengan suka cita dan bahagia.

Ramadan selamat berjumpa kembali...
Engkau datang dengan kemuliaan yang tak berkurang sedikit pun dari sebelum-sebelumnya. Kami malah yang banyak berubah. Usia telah banyak terbuang dan kian dikit tersisa. Debu-debu dosa makin tebal saja melekat kembali selama engkau tinggalkan.

Ramadan dekap erat lagi kami...
Kami sadar engkau mencurahkan dengan deras pahala selama sebulan penuh pada semesta. Namun, kami entah kenapa sedikit berjarak hingga yang kami dapat hanya seberapa. Jauh dari target sederhana yang telah kami sendiri tekad kan.

Ramadan izinkan kami lebih berarti...
Amal-amal kami bisa lebih dibanding Ramadan yang lalu. Ibadah kami bisa lebih terasa dan bermakna. Ada hal baru yang sebelumnya tak kami lalukan, jumpai dan dapati.

Ramadan perkenankan kami menjelajah...
Mengarungi dan meneguk samudera kemuliaan mu. Menghirup aroma angin langit mu yang selalu mengisi setiap jagad bumi. Khusyu dalam setiap cahaya malam mu. Menikmati hangat siang mu saat membelai jiwa. Antar kan kami padamu dan engkau pada kami.

Rumah Merpati 22, 28 Februari 2025
#JelajahRamadan #Ramadan #MariBerbagiMakna #MemungutKataKata #reHATIwan #reHATIwanInpiring #IWANwahyudi @rehatiwan @rehatiwanInspiring
www.rehatiwan.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...