Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 27
Novermber 2024 lalu, menyadarkan kita akan satu hal. Ada banyak kandidat yang
merasa diatas angin mendapat dukungan mayoritas masyarakat kemudian kalah. Ada
yang berdasarkan survey mengungguli calon lain, saat pemilihan tumbang. Ada
juga kandidat patahana, bahkan oligarki melanjutkan warisan kekuasaan orangtua
sebelumnya, harus menelan pil pahit kenyataan untuk turun panggung.
Hal serupa tak hanya terjadi kemarin dalam
pilkada di Indonesia. Di tempat lain bahkan di masa lampau banyak tertipu
dengan klaim jumlah pendukung yang besar. Para pendukung pada umumnya dapat
dikategorikan sebagai berikut:
Pertama, Pendukung bayaran. Mereka hadir saat
rupiah diterima tangan dan masuk dalam saku. Inilah mereka pendukung dari efek
harta.
Kedua, Pendukung posisi. Mereka mengikuti
sebab iming-iming posisi berupa pemberian posisi, mengamankan posisi atau
pergeseran posisi basah. Inilah pendukung dari efek tahta.
Ketiga, Pendukung figuritas. Mereka yang
memilih karena taklid buta. Salah atau benar, manfaat atau mudharat tidak
dipedulikan, asal jagoannya masuk panggung.
Keempat, Pendukung logis. Mereka datang karena
pilihan logika perubahan ke arah lebih baik. Atas dasar pertimbangan nilai-nilai
moral, agama dan motivasi yang sesuai dengan nalar dan nurani.
Kategori pertama, kedua dan ketiga inilah
pendukung balas budi yang banyak, namun sesungguhnya rapuh.
Adham Syarqawi dalam kitab “Rosa’il min Al-Qur’an” menulisakan hal
tertipunya Fir’aun dengan jumlah pendukung banyak hingga mengangkat dirinya
sebagai tuhan. Dan menganggap kecil nabi Musa yang pengikutnya cuma segelintir
orang.
“(Fir’aun berkata), “Sesungguhnya mereka (Bani Israil) hanya sekelompok
kecil.” (QS. Asy-Syu’ara: 154)
Demikian sikap Fir’aun disepanjang zaman,
terperdaya oleh jumlah para pendukung hingga mencampakan logika dan keimanan
dalam menilai kehidupan.
Fir’aun-Fir’aun baru bertebaran dimana-mana
saat ini dalam rupa yang lain, bersubtansi sama. Tapi Musa-Musa baru pun terus
hadir membayangi mereka hingga sejarah terulang dengan kejatuhan si Fir’aun
modern.
Rumah Merpati 22, 6 Februari 2025. 10:21
#MariBerbagiMakna #Buku #BukuPenadanKita #reHATIwan
#reHATIwanInspiring #28HariCinta #28HC2506 #InspirasiWajahNegeri #IWANwahyudi #MemungutKataKata@rehatiwan @inspirasiwajahnegeri @rehatiwaninspiring
Komentar
Posting Komentar