Langsung ke konten utama

029 [LIBUR ALA DIRi SENDIRI]


Akhir bulan lalu libur Nataru (Natal dan Tahun Baru) berbarengan dengan libur sekolah. Mereka yang tergolong kaum berada, pasti liburan keluar kota bahkan hingga luar negeri. Lalu bagaimana dengan kita yang tidak kemana-mana karena keterbatasan?

Akhir bulan ini cuti bersama lumayan lama, Sabtu-Minggu libur ditambah Senin hingga Rabu. Tentu masih ada yang berlibur mengunjungi obyek wisata atau tempat berbelanja. Kemudian bagaimana dengan kita yang cuma di rumah aja?

Saya jadi teringat sejak kelas 3 Sekolah Dasar (SD), hari pertama masuk sekolah selalu ada pelajaran mengarang. Menceritakan apa yang dilakukan selama liburan. Nah kebayang kan, apa yang harus saya dan teman-teman yang tak kemana-mana akan tulis.

Saya menulis apa yang dilakukan sehari-hari saja. Walaupun tidak ada yang beda dan istimewa dengan hari biasa, kecuali tidak sekolah. Jam sekolah diganti bonus bermain yang lebih banyak. Mungkin kalau anak Gen Z akan senang dan bebas dikamar seharian dengan main game.

Libur itu sebenarnya bukan faktor tempat. Kemana-mana yang kadang pulang sudah terlalu lelah. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online memberinya arti li·bur v bebas dari bekerja atau masuk sekolah; ber·li·bur v 1 mengalami libur; 2 pergi (bersenang-senang, bersantai-santai, dan sebagainya) menghabiskan waktu libur; bervakansi:. Intinya cuma dua, bebas dari rutinitas dan membuat diri senang.

Yang mengetahui diri bahagia cuma diri sendiri, termasuk apa yang mendatangkan hal itu. Duduk manja baca novel sambil minum kopi, betapa nikmatnya. Membuka laptop, mengetik isi pikiran sesukanya diiringi lagu favorit tanpa disibukan beban kerja, sungguh menyenangkan. Atau hal lain yang hanya dirimu saja yang tau.

Libur dan liburan sebenarnya bukan terkait tempat, tapi cara mendatangkan kebahagiaan rasa. Bagaimana dengan liburan anda semua?

Rumah Merpati 22, 29 Januari 2025

#30HariBercerita #30hbc2529 #reHATIwanInspiring #InspirasiWajahNegeri #IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna #MemungutKataKata @30haribercerita  @rehatiwaninspiring
www.rehatiwan.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[PRABOWO, BUKTIKAN ! JANGAN JANJI TERUS]

Episode yang membuat semua mata anak bangsa bahkan sudah tersiar ke media internasional, bagaimana Rantis Baracuda Brimob melindas pengemudi ojol hingga tewas bernama Affan Kurniawan, Kamis malam lalu. Ini bisa menjadi "martir". Seperti mahasiswa Arief Rahman Hakim 1966 dan empat pahlawan Reformasi 1998, yang kemudian kita semua tau berujung pada berakhirnya Soekarno dan tumbangnya Soeharto.  Sejak malam itu para pengemudi Ojol menunjukan solidaritas nya di depan Mako Brimob hingga pagi.  Aksi solidaritas kemudian menjalar ke beberapa daerah di tanah air pada hari Jum'at. Bukan saja pengemudi ojol saja, tapi mahasiswa dan rakyat ikut turun. Pengrusakan, terutama kendaraan dan kantor polisi tak bisa dihindari.  Presiden hingga Ketua DPR Puan memberikan pernyataan permohonan maaf ditambah kalimat, "Nanti kami akan perbaiki" hal-hal yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Lebih kurang demikian, ininya NANTI. Ini artinya berjanji.  ...

014 [PERANG DIPONEGORO, PERANG TERMAHAL BELANDA DI INDONESIA]

  Belanda salah satu penjajah Indonesia yang sangat lama dibandingkan negera lainnya. Hal itu bukan berarti mulus-mulus saja. Perlawanan di berbagai daerah di Nusantara meletus silih berganti sepanjang waktu. Walau dengan persenjataan yang sebanding, namun api perjuangan itu tak mampu dipadamkan dengan mudah hingga kemerdekaan itu benar-benar diproklamasikan. Salah satu perang yang dicatat sebagai perlawanan terbesar dan termahal yang dihadapi oleh Belanda ialah Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang meletus selama lima tahun sejak tahun 1825 hingga 1830. Penyebab dari perang Diponegoro ini diantaranya, Belanda ikut campur tangan dalam kehidupan keraton yang pastinya merupakan akal licik untuk mempengaruhi dan mengadudomba. Selain itu beban ekonomi rakyat akibat aturan pajak yang diberlakukan Belanda, pengusiran terhadap rakyat karena tanahnya termasuk tanah yang disewakan. Dan yang paling khusus adalah pemasangan patok-patok jalan oleh Belanda yang melintasi makam para leluhur Pa...

[DARI CAHAYA LAMPU KITA BELAJAR MENJAGA FASILITAS NEGARA]

Suatu ketika khalifah Umar bin Khatab RA kedatangan seseorang saat mengerjakan tugas Negara dengan diterangi cahaya lampu. Setelah mempersilahkannya masuk dan duduk sang Khalifah bertanya pada tamu “ Apakah yang akan kita bicarakan adalah masalah Negara atau masalah pribadi ? “ . Ketika sang tamu menjawab permasalahan pribadi Umar langsung mematikan lampu dan sang tamu dibuatnya terkejut. Belum habis keterkejutan sang tamu pemimpin kaum muslimin ini menjelaskan, sebelum sang tamu datang ia sedang mengerjakan tugas Negara dengan menggunakan lampu yang merupakan fasilitas Negara, sekarang kita akan membicaraka permasalahan pribadi sehingga tidak layak jika juga harus menggunakan fasilitas Negara. Mungkin cerita diatas menyadarkan kita akan pentingnya menjaga dan memisahkan mana yang menjadi amanah Negara atau public yang sedang melekat pada kita dengan status pribadi kita. Kisah diatas kemudian melahirkan pertanyaan ngeles kita “ Ah itukan wajar karena mereka sahabat Rasul da...