Langsung ke konten utama

011 [AKSARA DIANTARA RINTIK]


Desember seakan menjadi ritual tahunan bagi hujan dan memungut aksara di sela-sela rintik gerimis nya. Kemarin adalah Desember ke tiga saya mengikuti tantangan 30 Hari Menulis rutin harian dalam #Gerimis30Hari (Gerakan Menulis Rutin 30 Hari) oleh @gerimis30hari.

Ada dua alasan penting kenapa saya turut dalam even ini : pembiasaan dan pengabadian. 

Pembiasaan dalam artian memacu diri untuk kembali rutin disiplin menulis. Berat memang jika dijadikan beban, ringan bila dibuat bahagia. Kadang sesuatu kebaikan perlu dipaksakan agar terbiasa, tulis sebuah majalah lama yang masih terngiang hingga kini bagi saya. 

Membiasakan menulis apa saja dan tak peduli berapa yang kasih lambang love ❤ atau like. Mengulik sedalam apapun ide di kepala dan memungut seberapa saja aksara yang menyangkut di ujung pena. Pengikut even ini diawal hingga lebih 600an, artinya ada ratusan tulisan mereka di instagram yang bisa kita baca untuk memantik ide tulisan. 

Pengabadian dalam arti tulisan seberapa receh pun akan dihimpun menjadi sebuah buku yang mengabadikan juga persahabatan ekosistem menulis selama sebulan itu. Tiap membuka instagram selalu yang pertama muncul tulisan-tulisan positif. Sangat beda suasananya dengan bulan tanpa even 30 Hari Menulis. 

Walau musim hujan yang kadang suasana rintik gerimis membuat manja dan ingin bermalasan, selalu saja gagal dengan kemauan mengabadikan aksara dalam beragam kata. 

Alhamdulillah sampul dua buku bersama itu turun bersama rintik hujan kemarin. Semua akan berbunga dengan indah, berbuah dengan manis pada masanya. Terima kasih @ellunarpublish_
dan teman-teman pena #gerimis30hari🌧️. 

Rumah Merpati 22, 10012025, 15:15
#reHATIwan #reHATIwanInspiring #MariBerbagiMakna #MemungutKataKata #InspirasiWajahNegeri #IWANwahyudi 
@gerimis30hari @rehatiwaninspiring 
www.rehatiwan.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[PRABOWO, BUKTIKAN ! JANGAN JANJI TERUS]

Episode yang membuat semua mata anak bangsa bahkan sudah tersiar ke media internasional, bagaimana Rantis Baracuda Brimob melindas pengemudi ojol hingga tewas bernama Affan Kurniawan, Kamis malam lalu. Ini bisa menjadi "martir". Seperti mahasiswa Arief Rahman Hakim 1966 dan empat pahlawan Reformasi 1998, yang kemudian kita semua tau berujung pada berakhirnya Soekarno dan tumbangnya Soeharto.  Sejak malam itu para pengemudi Ojol menunjukan solidaritas nya di depan Mako Brimob hingga pagi.  Aksi solidaritas kemudian menjalar ke beberapa daerah di tanah air pada hari Jum'at. Bukan saja pengemudi ojol saja, tapi mahasiswa dan rakyat ikut turun. Pengrusakan, terutama kendaraan dan kantor polisi tak bisa dihindari.  Presiden hingga Ketua DPR Puan memberikan pernyataan permohonan maaf ditambah kalimat, "Nanti kami akan perbaiki" hal-hal yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Lebih kurang demikian, ininya NANTI. Ini artinya berjanji.  ...

014 [PERANG DIPONEGORO, PERANG TERMAHAL BELANDA DI INDONESIA]

  Belanda salah satu penjajah Indonesia yang sangat lama dibandingkan negera lainnya. Hal itu bukan berarti mulus-mulus saja. Perlawanan di berbagai daerah di Nusantara meletus silih berganti sepanjang waktu. Walau dengan persenjataan yang sebanding, namun api perjuangan itu tak mampu dipadamkan dengan mudah hingga kemerdekaan itu benar-benar diproklamasikan. Salah satu perang yang dicatat sebagai perlawanan terbesar dan termahal yang dihadapi oleh Belanda ialah Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang meletus selama lima tahun sejak tahun 1825 hingga 1830. Penyebab dari perang Diponegoro ini diantaranya, Belanda ikut campur tangan dalam kehidupan keraton yang pastinya merupakan akal licik untuk mempengaruhi dan mengadudomba. Selain itu beban ekonomi rakyat akibat aturan pajak yang diberlakukan Belanda, pengusiran terhadap rakyat karena tanahnya termasuk tanah yang disewakan. Dan yang paling khusus adalah pemasangan patok-patok jalan oleh Belanda yang melintasi makam para leluhur Pa...

[DARI CAHAYA LAMPU KITA BELAJAR MENJAGA FASILITAS NEGARA]

Suatu ketika khalifah Umar bin Khatab RA kedatangan seseorang saat mengerjakan tugas Negara dengan diterangi cahaya lampu. Setelah mempersilahkannya masuk dan duduk sang Khalifah bertanya pada tamu “ Apakah yang akan kita bicarakan adalah masalah Negara atau masalah pribadi ? “ . Ketika sang tamu menjawab permasalahan pribadi Umar langsung mematikan lampu dan sang tamu dibuatnya terkejut. Belum habis keterkejutan sang tamu pemimpin kaum muslimin ini menjelaskan, sebelum sang tamu datang ia sedang mengerjakan tugas Negara dengan menggunakan lampu yang merupakan fasilitas Negara, sekarang kita akan membicaraka permasalahan pribadi sehingga tidak layak jika juga harus menggunakan fasilitas Negara. Mungkin cerita diatas menyadarkan kita akan pentingnya menjaga dan memisahkan mana yang menjadi amanah Negara atau public yang sedang melekat pada kita dengan status pribadi kita. Kisah diatas kemudian melahirkan pertanyaan ngeles kita “ Ah itukan wajar karena mereka sahabat Rasul da...