Hujan turun dari atas sana. Bukan sedekat atap rumah atau sepandangan air terjun. Dari awan yang tinggi di sana. Kemudian berproses bernama presipitasi, mencairnya butiran es di awan, kemudian turun menjadi titik-titik hujan ke bumi. Jauh bukan, sebelum rintiknya menyentuh ujung hidungku.
Rintiknya di embus oleh angin kesana-kemari, tertiup entah ke dataran atau perairan sebelah mana. Ia tetap akan turun dan pantang naik kembali sebelum mencapai bumi.
Titik-titik hujan tak langsung memeluk bumi. Terbentur beton gedung, singgah pada pucuk dahan pohon, terpelanting di atap rumah, tersengat panasnya aspal dan beragam lagi. Tapi tak pernah ia mengeluh, "Hujan sedih.... hujan sedih banget...".
Takdir hujan, bagaimana ia bisa mendekap bumi. Cepat atau lambat, saat terang atau gelap, lancar atau terhambat. Karena ia membawa pesan langit, mengantongi Rahmat-Nya, Ijabah atas segala do'a makhluk di Bumi.
Hujan tak pernah putus asa menjalani takdir. Yang disebutkan oleh Sapardi Djoko Darmono dalam "Hujan Bulan Juni": Begitu tabah dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu. Sangat arif dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu.
Terima kasih hujan atas segala mata pelajaran kehidupan ini.
Rumah Merpati 22, 13 Desember 2024
#gerimis30hari🌧️
#gerimis30hari #reHATIwan
#reHATIwanInspiring #gerimis_des24_13 #IWANwahyudi #InspirasiWajahNegeri @gerimis30hari @ellunarpublish_ @rehatiwan @rehatiwaninspiring
www.rehatiwan.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar