Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan
adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan.
Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak
nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan
jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita
yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan.
Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya
dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian.
Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan
kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun
ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan
proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya
tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia.
Dalam sebuah acara makan malam ia membuat seorang Eropa terkesima
dengan caranya menyantap hidangan dengan tangan langsung. Hingga orang asing
itu bertanya, “Bukankah itu tidak higienis? Mengapa Anda makan menggunakan
tangan, padahal sudah ada sendok dan garpu.” Agus Salim selalu punya kalimat
yang tidak hanya menjawab pertanyaan, tapi juga membalikan suasana yang kadang
mengejeknya. Lantas ia menjawab, ”Saya menyuap dengan tangan sendiri untuk
masuk ke mulut saya. Sedangkan sendok yang tuan-tuan pakai pernah masuk ke
mulut banyak orang. Jadi, ini lebih higienis,” katanya sambil
menunjukkan tangannya yang berlepotan makanan.
Ini hanya satu dari banyak fragmen dialog cerdas dari sosok
yang berasal dari negera baru di timur saat berhadapan dengan bangsa-bangsa
Eropa dan barat. Cara seperti ini harus menjadi contoh bagaimana berdebat dan
saling baku komentar antar tokoh dan calon pemimpin kita. Agar para pendukung
dan pengikutnya juga tidak asal saling ejek dan sumpah serapah yang kian
memperkeruh media sosial yang sudah sumpek dengan hoax dan parade pencitraan yang
kebablasan.
Rumah Merpati
22, 19 November 2024
IWAN Wahyudi
Komentar
Posting Komentar