Langsung ke konten utama

[JADI BESAR DENGAN BENAR]

"Berapa banyak amal yang remeh menjadi besar gara-gara niat. Dan berapa banyak amal yang besar menjadi remeh gara-gara niat." (Abdullah bin Mubarak) 

Dalam semua hal dilalui oleh manusia tidak terlepas dengan alasan, proses dan tujuan atau hasil yang ingin dicapai. Bila hasil yang dicapai besar, namun dengan cara yang salah dan niat yang melatarinya jahat, pastilah hasil itu akan digunakan kembali untuk hal-hal yang beraroma maksiat. 

Atau niatnya mulia sekali, tapi menggunakan cara yang tidak dibenarkan dan menghasilkan kesuksesan besar, tetap saja akan menodai bahkan mengikis kemuliaan yang dihadirkan diawal. 

Dalam kontestasi pemilu, pemilihan presiden (pilpres) hingga pemilihan kepala daerah (pilkada) yang sedang berlangsung kini, tentu semua partai dan kandidat ingin menggapai kemenangan besar. Tapi sangat disayangkan kita dipertontonkan dengan praktek tidak benar secara gamblang bahkan tanpa rasa malu. Beberapa pejabat teras penyelenggara pemilu dan hakim pemutus sengketa dijatuhi pencopotan. Sebut saja ketua MK dan ketua KPU. Ini baru contoh lembaga negara. Di partai politik kita bisa menyaksikan sendiri. 

Menghadirkan niat yang salah, kemudian dikelola dengan menghalalkan segala cara, bisa jadi akan menggapai sesuatu yang besar tapi merusak. Jangan remehkan niat dan proses yang benar jika ingin beraih hal besar yang sejati. 

Karena bila jiwa itu besar dari niat dan motivasi yang benar, sesungguhnya fisik tak akan mampu meladeninya. 

Merpati 22, 1 September 2024
IWAN Wahyudi

Foto cuma pemanis saja. Semoga niat besar dimudahi oleh-Nya hingga menggapai hal besar yang bermanfaat. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...