Langsung ke konten utama

59 [PERPUSTAKAAN SEKOLAH TEMPAT NONGKRONG YANG ASYIK]

 


Hari ke-3 bersama Kang Syamsudin Kadir 

Perpustakaan sekolah saat saya SMP berada pas disamping wc/toilet siswa. Ukurannya sangat minimalis 3mx3m. Hanya ada satu meja besar ditengah dengan dikelilingi kursi. Beberapa rak dengan koleksi buku jadul yang berdebu berada di dinding. Perpustakaan sekolah itu rada gelap, mirip gudang dengan jendela yang minim.

Saat diundang ke SMPN 4 Kuripan. Kami di ajak Pak Yanwar Isnaini kepala perpustakaan sekolah untuk singgah di ruangan yang bagi saya gudang ilmu dan sumber inspirasi ide tulisan.

Perpustakaan sekolah yang cukup nyaman untuk membaca dan belajar saya rasa ketika masuk kedalamnya. Pencahayaan yang terang karena banyak jendela, juga berfungsi sebagai sirkulasi udara hingga tidak sumpek. Rak buku yang ditata sedemikian rupa hingga mudah mencari dan mengakses buku bacaan. Meja baca besar untuk para pengunjung larut dalam buku bacaannya.

Setiap saya diundang mengisi acara, apalagi terkait kepenulisan, selalu memberi cendramata buku karya saya untuk koleksi perpustakaan sekolah. Walaupun jumlahnya hanya satu dua eksemplar, tapi ini sebagai bentuk partisipasi kongkrit dibanding hanya berwacana dan menggerutu tentang kurangnya bahan bacaan bagi anak bangsa. Terutama di daerah Indonesia timur dan terpencil.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan secara garis besar menyebutkan bahwa perpustakaan merupakan sebuah institusi yang mengelola koleksi karya cipta manusia yang berguna untuk memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pengguna perpustakaan.

Sesungguh jika berbicara perpustakaan tidak hanya berkaitan dengan gedung dan buku saja, tetapi juga dengan sistem penyimpanan, pemeliharaan dan pemustaka selaku pengguna.

Dengan demikian sebuah perpustakaan yang ideal mengandung persyaratan-persyaratan seperti:

1.      Merupakan sebuah instansi,

2.      Adanya kumpulan koleksi informasi (bahan pustaka),

3.      Menggunakan suatu sistem tertentu,

4.      Dikelola dan dilayankan oleh petugas (pustakawan),

5.      Ditempatkan pada tempat, ruang atau gedung tertentu, yang secara khusus dipergunakan untuk perpustakaan,

6.      Adanya pemustaka yang menjadi pemakai, dan

7.      Adanya perlengkapan, fasilitas dan sarana prasarana untuk menunjang pemakaian perpustakaan.

Di era kekinian dengan pemustaka atau pengunjung mayoritas usia generasi milenial dan generasi Z, perpustakaan sekolah harus pintar-pintar "bersolek" ala milenial. Contohnya :

1.      Ruangan dibuat senyaman mungkin dan instagrameble. Ruangan dibuat sedemikian rupa hingga ada pojok-pojok yang bisa diabadikan dalam foto dan video. Adanya wifi gratis karena ini nyawa milenial untuk eksis. Ada sekedar minuman gratis yang tersedia, minimal air galon hingga tak perlu keluar perpustakaan untuk ke kantin jika tenggorokan diserang dahaga.

2.      Menyediakan reward/penghargaan bagi siswa, guru atau tendik yang mampu meminjam dan membaca buku dengan jumlah tertentu pada waktu tertentu pula. Misal meminjam dan membaca 40 buku (selain buku ajar/pelajaran) dalam satu semester.

3.      Menyediakan layanan perpustakaan di waktu libur dan menerima kunjungan diluar warga sekolah. Hari Minggu atau libur sekolah misalnya perpustakaan dibuka setengah hari agar mereka yang tidak memiliki agenda saat libur bisa menjadikan perpustakaan sebagai tempat liburan. Terutama Sabtu-Minggu yang biasanya perpustakaan daerah, kampus dan lainnya mengikuti jam kerja Sabtu-Minggu libur. Dihari libur ini juga dibuka kesempatan bagi pelajar sekolah lain, mahasiswa dan masyarakat yang bukan warga sekolah tersebut juga bisa mengakses perpustakaan sekolah.

Walaupun sekarang semua bacaan dan buku-buku sudah dibuat digital agar memudahkan akses dan hemat anggaran. Tapi, bagi saya masih banyak wilayah negeri ini yang belum tersentuh sinyal internet secara layak terutama Indonesia timur dan daerah terpencil lainnya. Sehingga perpustakaan masih menjadi ujung tombak mendekatkan referensi bacaan dan buku pada para penikmatnya.

Bagaimana mau baca buku digital jika tanpa sinyal bung. Sama seperti bagaimana mau konsentrasi belajar jika perut kosong dan gizi jomplang hingga butuh makan siang gratis he...he...

29052024

#MariBerbagiMakna #InspirasiWajahNegeri #reHATIwan rehatiwan

@inspirasiwajahnegeri @rehatiwan @iwanwahyudi1

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

04 [SULTAN ABDUL KHAIR SIRAJUDDIN LAHIR]

Sultan Abdul Khair Sirajuddin dikenal juga dengan nama La Mbila, orang Makassar menyebutnya " I Ambela ". Beliau dinobatkan menjadi Sultan ke II pada tahun 1050 H (1640 M).  Sultan wafat pada tanggal 17 Rajab 1098 H dan dimakamkan di Pemakaman Tolo Bali Bima. Pada masanya Upacara U'a Pua menjadi salah satu Upacara Besar Resmi Kesultanan Bima sejak tahun 1070 H. 

01 [MASJID AGUNG NURUL HUDA SUMBAWA]

Salah satu Masjid yang menjadi pusat keIslaman di Sumbawa Nusa Tenggara Barat adalah Masjid Agung Nurul Huda dipusat Kota Sumbawa. Bagi saya pribadi, pertama kali ke sini saat Kuliah Kerja Nyata (KKN) tahun 2004 silam. Kemudian kembali bersua saat bulan Mei 2017, selanjutnya Agustus 2017 saya lebih intens dan sering ke Masjid ini dan sempat mengukuti berbagai kegiatan keIslaman yang disajikan. Masjid Agung Nurul Huda Sumbawa ini sangat memiliki peran strategis dalam penyebaran Islam diSumbawa. Menelisik sejarah dari berbagai sumber terungkap fakta bahwa masjid yang bersebelahan dengan Istana Kesultanan Sumbawa, Istana Tua “Dalam Loka” merupakan  Masjid Kesultanan Sumbawa. Masjid ini berdiri sejak tahun 1648 silam dan telah mengalami beberapa kali pemugaran.  Pada masa Sultan Dewa Mas Pamayam yang juga disebut Mas Cini (1648-1668) Telah ada masjid dilingkungan istana walau masih relatif sederhana bagunannya. Pada tahun 1931 masjid mengalami rehab kecil. Pada masa bu...

130 [MENULIS TIADA HABISNYA]

"Benar-benar membaca dan membaca benar-benar." Kalimat itu menjadi salah satu kata-kata hari ini yang disampaikan oleh Ibu Drs. Dwi Pratiwi, M. Pd, Kepala Balai Bahasa Provinsi NTB ketika menerima silaturahim kami Forum Lingkar Pena (FLP) Provinsi NTB pagi ini.  Sosok yang baru saja menjabat 1 Maret 2025 itu menceritakan program pendampingan komunitas hingga lokus pustakawan sekolah, tingkat pemahaman literasi NTB masih rendah,  literasi naskah-naskah kuno hingga program literasi di kawasan desa wisata.  Saya dalam kesempatan berharga itu menyampaikan kegelisahan dan beberapa masukan.  1. Menumbuhkan literasi di mulai dari sekolah. Hal ini seiring dengan rendahnya literasi sekolah sehingga perlu perhatian juga kebijakan kongkrit dari semua institusi pemerintah yang terkait.  2. Meningkatkan komunikasi dan kolaborasi dengan komunitas literasi baik komunitas yang terdata (memiliki legal formal berakta pendirian) hingga komunitas...