“Dari cara tersenyum, seseorang dapat menilai tingkat optimisme personal. Dalam senyuman saja sudah ada pembobotan istimewa dalam Islam.”
Pastinya kita sudah tau mana seyuman tulus dan mana senyuman kamuflase dari seseorang yang telah lama dikenal. Pada orang baru dihadapan pun, tentu ada rasa berbeda antara mereka yang senyum optimis dengan senyum seremonial. Senyuman dari hati akan sampai ke hati. Senyuman pencitraan tak lama bertahan.
Dalam Islam aktivitas sesederhana dan remeh senyuman, mendapat perhatian yang tidak biasa. Pembobotannya disamakan dengan nilai sedekah, "Senyummu untuk saudaramu adalah sedekah." Secara umum sedekah diidentikan dengan sesuatu yang berwujud fisik. Bobot lahiriyahnya nampak dilihat oleh mata berupa senyuman, sedang bobot spritual/batiniyahnya seperti bersedekah atau memberi dengan lapis-lapis pahala yang mengiringinya.
Senyum yang sejati akan datang dari pribadi yang memiliki optimisme. Senyum sinis, cemberut dan sejenisnya nampak ada yang konslet antara bibir dengan jiwa seseorang. Senyum optimisme seseorang akan menambah kepercayaan dirinya, bahkan akan menularkan optimisme tersebut pada setiap yang memandangnya. Optimisme personal yang melahirkan optimisme komunal.
Senyumlah, dari seulas garis lengkung di wajah tersebut kita belajar tentang keyakinan, keberartian, keberefekan dari hal sederhana menjadi lebih bermakna. Juga tentang optimisme dari diri sendiri baru bisa didistribusi ke banyak sisi. Buat senyummu kian menggerakan.
Foto: Yellow Villa bang @boy_arjuna Sumbawa
16122023, 11:33
Komentar
Posting Komentar