Langsung ke konten utama

[KEKUASAAN]



"Kekuasaan ibarat dua mata yang tajam. Jika digunakan untuk kebaikan, selamatlah pemegangnya bahkan dikenang oleh rakyat sepanjang masa. Namun, jika diselewengkan, maka ia akan menikam sediri pemegangnya." #reHATIwan

Ia bukan tokoh nasional ataupun pemimpin daerah, tapi dua periode bisa mendapatkan suara rakyat NTB menjadi wakil rakyat di senayan. Dari partai Golkar yang masih menjadi partai besar di NTB. Bayangkan saat itu Daerah Pemilihan masih satu NTB (Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa), belum dipisah dua seperti sekarang.

Ia juga bukan berasal dari daerah (kabupaten/kota) yang jumlah penduduknya besar seperti Lombok Timur atau Lombok Tengah, tapi hanya dari sebuah kota, diujung timur pulau Sumbawa pula, kota Bima. Dan selama ini ia juga tidak menetap di Kota Bima atau NTB, namun merantau ke Jakarta.
Kemudian mencoba peruntungan menjadi walikota Bima. Lawannya tak tanggung-tanggung wakil walikota patahana. Dan cuma tiga pasangan calon. Yang memang sudah diprediksi pertarungan hebat hanya pasangan ia dan patahana. Dan takdirpun memihak padanya. Terpilih dan dilantik sebagai walikota Bima periode 2018-2023.

Baru satu tahun menjabat ia mengumpulkan gaji dan tunjangannya untuk dibagikan pada warga kota Bima yang membutuhkan, viral juga langkah terobosan merakyat ini. Bahkan banyak media lokal yang menulis, mungkin satu-satunya pemimpin daerah di NTB yang rela menyumbangkan gaji dan tunjangnya untuk rakyat. Bahkan akun FB resmi Golkar dengan bersponsor awal tahun ini memutar ulang berita dan langkah sang walikota sebagai jualan politik.




Beberapa kegiatan literasi dan peluncuran buku yang saya ikuti di Kota Bima beliau selalu menyempatkan hadir dan betah duduk menyampaikan sambutan dan pandangannya.

Hingga sebulan yang lalu, beberapa pekan sebelum berakhir masa jabatannya. Heboh berita KPK menggeledah kantor walikota dan beberapa tempat lainnya. Dan Kamis malam 5 September 2023 beliau mengenakan rompi orange tahanan KPK dengan dugaan menerima uang mencapai Rp 8,6 miliar.
Begitulah kekuasaan, ia akan tergantung pada siapa yang memegangnya. Dan lebih menentukan lagi pada siapa pemilik kepala dan hati yang mengelolanya. Setiap kekuasaan yang silih berganti dimuka bumi, selalu ada pelajaran. Ambil yang baik untuk dijadikan teladan, singkirkan dan buang yang buruk untuk tak diulang.

Kalembo Ade kota Bima. Biar pengadilan dan hukum yang berbicara. Terimakasih pak wali atas pengabdian bagi dana ro rasa.

06092023
Iwan Wahyudi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me