Langsung ke konten utama

[RIHLAH LITERASI KE IQM]

 


Jum'at pekan lalu, 12 Mei 2023 berkesempatan silaturahim ke Pondok Pesantren Insan Qur'an Mulia (IQM) Iqm Lombok Ntb Puyung Lombok Tengah. Menemui sahabat yang telah 12 tahun lebih gak bersua.

12 tahun yang lalu berkunjung kekediaman beliau menemani Ketua PP KAMMI Rijalul Imam jalan menuju kesana masih becek dan rada tidak ingat karena ndeso banget. Kini jalan yang sama sudah di aspal. 1-2 Km dari jalan utama saya di kejutkan dengan bangunan berlantai lima ditengah sawah dan pemukiman. Itulah bagunan ponpes yang di Pimpin Ust Maukuf Masykur. Tak hanya saya, andapun pasti akan terkaget-kaget jika kesana.

 


Setelah tamat di IKIP Mataram (Undikma sekarang) perjalanan menimba ilmu ia lanjutkan ke UNJ Jakarta. Tahun 2016 baru kembali ke kampung halaman dan tahun 2017 memulai pembangunan pondok IQM. Tak mudah memulai semua di kampung halaman walaupun semua teori dan konsep pondok modern dan unggul sudah ia siapkan sebelum balik. Ada sisi lokalitas yang memang harus diperhatikan dan menjadi daya dukung. Santri IQM yang fokus pada program menghafal Qur'an ini tak hanya berasal dari Lombok tapi juga banyak dari Bima hingga NTT. Ponpes IQM telah mengembangkan sayap hingga ke Lambu - Sape Kabupaten Bima dengan memulai membangun pondok disana.

Nostalgia dan melepas rindu terpotong dengan Adzan Ashar. Setelah selesai berjama'ah Ashar bersama santri putri, saya ditodong untuk menyampaikan satu dua motivasi oleh Ust Maukuf. Wah ini berat sekali bagi saya yang tak ada apa-apanya dibanding para santri penghafal Qur'an. "Jebakan" kondisi macam ini kadang yang membuat kita bisa menaklukan zona nyaman. Akhirnya setelah bersepakat dengan bang Fihiruddin yang menjadi teman Rihlah saya kali ini untuk sama-sama sedikit membagi motivasi, saya nekad maju.

 


Untuk menjadi bintang yang paling besar dan paling bercahaya memerlukan perjalanan panjang dengan segala tantangannya (bintang memantulkan cahaya matahari ke bumi) hingga dapat dinikmati penduduk bumi. Bekal menjadi bintang tersebut dengan : Meyakini apa yang dilakukan, semangat, berkorban dan keikhlasan. Begitu lebih kurang isi sharing saya.

 


Ust Maukuf telah menerbitkan dua buku. Buku pertama, "Menjadi Generasi Tangguh" yang terbit pada bulan Mei 2010 dan Buku kedua, bertema tentang guru, saya lupa judulnya.

Sebelum pulang, kami lanjutkan diskusi sejenak tentang kenapa ponpes diberi nama "Insan Qur'an Mulia" dan beberapa keistimewaan membersamai Al-Qur'an.

"Seberapa banyak waktumu berinteraksi dengan Al-Qur'an, seperti itu pula ia akan membersamaimu", begitu salah satu nasehat yang paling jleb bagi saya. Sebelum berpisah kami masing-masing dihadiahi buku "Kultum Spesial Tadabbur, Tadabbur Ayat-ayat Pilihan".

Terimakasih pak guru Muhammad Khaeri Arifandi yang telah mengantar kami ke Ponpes IQM dan menjepret moment perjumpaan Rihlah Literasi Syawal ini.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me