Mengeja bukan berarti takut memekikkan kata karena ancaman penjajah keji, mengeja bukan berarti takut membisikkan kata karena rezim penguasa akan melenyapkan, mengeja bukan berarti belum berlabel kata sebagai gelar atau status. Tapi mengeja, membuktikan kebenaran apakah kata merdeka itu benar adanya dalam ketenangan jiwa, terjamin dalam pikiran, terlindungi dalam laku dan sungguh terasa dalam peri kebangsaan dan kemanusiaan Republik Indonesia ini.
Aku bukan pakar bahasa, ahli sejarah, pengamat hukum atau guru besar tata negara yang dapat mendefinisikan kemerdekaan secara teori klasik sejak jaman entah sebelum Yunani kuno hingga teori kontemporer era milenial.
Aku coba mengeja rasanya dari dua pendiri bangsa dan proklamator kemerdekaan Republik ini.
"Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka." (Ir. Soekarno)
"Indonesia merdeka tidak ada gunanya bagi kita, apabila kita tidak sanggup untuk mempergunakannya memenuhi cita-cita rakyat kita: hidup bahagia dan makmur dalam pengertian jasmani maupun rohani. (Drs. Mohammad Hatta)
" Indonesia merdeka bukan tujuan akhir kita. Indonesia merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat." (Drs.Mohammad Hatta)
Semoga huruf kata merdeka yang kita eja sama, bukan mengeja seperti anak-anak yang baru belajar membaca. Tapi, mengeja dalam bentuk rasa, makna dan realita.
"Merdeka adalah ketika suara nuranimu tak lagi sembunyi." (Helvy Tiana Rosa, Pendiri Forum Lingkar Pena)
Rumah Merpati 22, Gerimis pagi HUT ke-77 RI
17082022, 06:34
#MariBerbagiMakna #InspirasiWajahNegeri #reHATIwan #InspiringWords #MengejaMerdeka #77Merdeka #HUT77RI #IWANwahyudi
@inspirasiwajahnegeri
@iwanwahyudi1
Komentar
Posting Komentar