Langsung ke konten utama

[DARI DAERAH MEMBERI MAKNA]


Di Padang Panjang Sumatera Barat di kenal Ormas bernama Thawalib. Berdiri sekitar tahun 1910/1911 salah satu motornya Haji Abdul Karim Amrullah (dikenal dengan Inyiak Rasul atau Haji Rasul) ayah dari Buya Hamka. Dan Hamka juga pernah mengenyam pendidikan di Thawalib. Masih eksis hingga sekarang. 

Di Palu Sulawesi Tengah dikenal Al-Khairaat yang diprakarsai oleh Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufrie (di kenal dengan Guru Tua) yang kemudian ditetapkan sebagai pahlawan Nasional. Masih bertumbuh dan berkontribusi hingga saat ini. 

Di Lombok NTB berdiri Nahdlatul Wathan (NW) sejak Maret 1953 oleh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid, salah satu pahlawan nasional. Masih berkembang dan memberi makna bagi sekitar hingga hari ini. 

Di Jawa Barat berdiri Persatuan Umat Islam (PUI) berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tercatat berdiri 21 Desember 1917, cikal bakalnya jauh sebelum 1917. Diantara pendirinya KH. Abdul Halim, KH Ahmad Sanusi dan Mr. R. Syamsudin. Mereka bertiga kemudian menjadi anggota BPUPKI. Keberadaan terasa dan kian besar hingga saat ini. 
Selain keempat ormas di atas tentu masih banyak lembaga lainnya yang tumbuh berkembang dan memberi kontribusi yang tidak kecil bagi negeri ini walau di level daerah. Mereka memberi jejak yang nyata dan tak hilang. Sebagian kita tak banyak tau karena sedikit informasi dan referensi. 

Sebagian kita yang berada diluar daerah, tak semua mengenalnya. Selain melalui cerita dan tradisi bertutur para alumninya pada masyarakat, salah satu cara memperkenalkan melalui tulisan dan membukukannya. Agar inspirasi dan keteladanan dapat lebih luas lagi menebar kebaikan bagi negeri ini. 

Mari senantiasa menumbuhkan tradisi menuliskan jejak, tak hanya jejak sesuatu yang berlevel nasional saja. Tapi juga banyak hal di daerah dan sekeliling yang memberi makna bagi sekitar. 

Selamat pada PUI yang telah menerbitkan lagi buku terkait sepak terjangnya. Jangan berhenti berliterasi kang Syamsudin Kadir Syamsudin Kadir 

28062022
#MariBerbagiMakna #InspiringWednesday #InspirasiWajahNegeri #reHATIwan #IWANwahyudi
@inspirasiwajahnegeri
@iwanwahyudi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[PRABOWO, BUKTIKAN ! JANGAN JANJI TERUS]

Episode yang membuat semua mata anak bangsa bahkan sudah tersiar ke media internasional, bagaimana Rantis Baracuda Brimob melindas pengemudi ojol hingga tewas bernama Affan Kurniawan, Kamis malam lalu. Ini bisa menjadi "martir". Seperti mahasiswa Arief Rahman Hakim 1966 dan empat pahlawan Reformasi 1998, yang kemudian kita semua tau berujung pada berakhirnya Soekarno dan tumbangnya Soeharto.  Sejak malam itu para pengemudi Ojol menunjukan solidaritas nya di depan Mako Brimob hingga pagi.  Aksi solidaritas kemudian menjalar ke beberapa daerah di tanah air pada hari Jum'at. Bukan saja pengemudi ojol saja, tapi mahasiswa dan rakyat ikut turun. Pengrusakan, terutama kendaraan dan kantor polisi tak bisa dihindari.  Presiden hingga Ketua DPR Puan memberikan pernyataan permohonan maaf ditambah kalimat, "Nanti kami akan perbaiki" hal-hal yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Lebih kurang demikian, ininya NANTI. Ini artinya berjanji.  ...

014 [PERANG DIPONEGORO, PERANG TERMAHAL BELANDA DI INDONESIA]

  Belanda salah satu penjajah Indonesia yang sangat lama dibandingkan negera lainnya. Hal itu bukan berarti mulus-mulus saja. Perlawanan di berbagai daerah di Nusantara meletus silih berganti sepanjang waktu. Walau dengan persenjataan yang sebanding, namun api perjuangan itu tak mampu dipadamkan dengan mudah hingga kemerdekaan itu benar-benar diproklamasikan. Salah satu perang yang dicatat sebagai perlawanan terbesar dan termahal yang dihadapi oleh Belanda ialah Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang meletus selama lima tahun sejak tahun 1825 hingga 1830. Penyebab dari perang Diponegoro ini diantaranya, Belanda ikut campur tangan dalam kehidupan keraton yang pastinya merupakan akal licik untuk mempengaruhi dan mengadudomba. Selain itu beban ekonomi rakyat akibat aturan pajak yang diberlakukan Belanda, pengusiran terhadap rakyat karena tanahnya termasuk tanah yang disewakan. Dan yang paling khusus adalah pemasangan patok-patok jalan oleh Belanda yang melintasi makam para leluhur Pa...

[DARI CAHAYA LAMPU KITA BELAJAR MENJAGA FASILITAS NEGARA]

Suatu ketika khalifah Umar bin Khatab RA kedatangan seseorang saat mengerjakan tugas Negara dengan diterangi cahaya lampu. Setelah mempersilahkannya masuk dan duduk sang Khalifah bertanya pada tamu “ Apakah yang akan kita bicarakan adalah masalah Negara atau masalah pribadi ? “ . Ketika sang tamu menjawab permasalahan pribadi Umar langsung mematikan lampu dan sang tamu dibuatnya terkejut. Belum habis keterkejutan sang tamu pemimpin kaum muslimin ini menjelaskan, sebelum sang tamu datang ia sedang mengerjakan tugas Negara dengan menggunakan lampu yang merupakan fasilitas Negara, sekarang kita akan membicaraka permasalahan pribadi sehingga tidak layak jika juga harus menggunakan fasilitas Negara. Mungkin cerita diatas menyadarkan kita akan pentingnya menjaga dan memisahkan mana yang menjadi amanah Negara atau public yang sedang melekat pada kita dengan status pribadi kita. Kisah diatas kemudian melahirkan pertanyaan ngeles kita “ Ah itukan wajar karena mereka sahabat Rasul da...