Kadang kita selalu berteriak sebuah jargon, membanggakan sebuah visi, mengunggulkan sebuah narasi yang kesemuanya menunjukan perbedaan dari yang lain. Bahkan merasa paling sendiri atau dengan sengaja atau tidak turut merendahkan yang lain.
Namun kamuflase menutupi kesemuanya dengan laku lapangan, bersilat kata, hingga mengolah media. Kekambuhan atas amnesia masa lalunya sendiri yang dulu tak punya apa-apa dan bukan siapa-siapa. Hingga hari ini mengeksplotasi mereka yang bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa untuk melanggengkan eksistensi.
Saya baru usai membaca tulisan tentang akhir hidup Fir'aun, Qorun, hingga Mustafa Kamal Ataturk para penguasa di masing-masing jamannya. Yang kemudian dua paragraf awal celotehan ini layak tersemat pada mereka dan sesiapa yang sejenis baik pada jaman sebelum dan atau sesudahnya.
Bertambahnya usia tak membuat mereka dewasa, kian dekat dengan kematian tak membuat kian bijaksana. Makin lamanya hidup tak membuatnya memetik pengalaman, larutnya dalam rutinitas tak mempertajam otaknya untuk berpikir akan silih bergantinya peristiwa yang banyak membawa pesan.
Walau tak mewakili kesempurnaan manusia, filosofi buah kelapa setidaknya dapat dipahami dan diteladani. Dalam karakter dan kematangan isi dan penampakan.
Rumah Merpati 22
23062022, 21:32
@inspirasiwajahnegeri
@iwanwahyudi1
Komentar
Posting Komentar