Langsung ke konten utama

[PRESIDEN, SEJARAH DAN PELAJARAN]

“Setiap kepemimpinan bukan hanya tentang sejarah semata, yang terpenting dan utama ialah pelajaran yang dipetik .”

Setiap presiden bukan hanya tentang pergantian kepemimpinan dan jatuh bangunnya sebuah kekuasaan saja yang akan ditulis dalam sejarah, dibaca dan diceritakan pada generasi berikutnya. Namun, merupakan pelajaran bagi dirinya, keluarganya, bangsanya juga para pemimpin di negeri ini. Pelajaran bagi siapa saja. Termasuk bagi calon penguasa bangsa ini. Bahwa setiap presiden mempunyai takdirnya sendiri, para pemimpin mengkreasi takdirnya, para penguasa memiliki pilihan-pilihan kepemimpinannya.

Ada yang memilih Kepemimpinan otoriter dengan dalil isu stabilitas sebagai landasan. Ada Kepemimpinan kharismatik yang terjebak pada kharismanya sebagai penutup ketidak adaan cakapannya. Ada Pemimpin korup menjadikan pembangunan dan pemerataan sebagai siasat mencuri baik sendiri maupun berkomplot dengan gologannya.

Kesinambungan kepemimpinan yang kuat menjadi salah satu catatan penting sehingga antar pemimpin satu dengan yang selanjutnya tidak saling melemahkan dan menyalahkan. Antara satu penguasa satu dengan berikutnya saling mengisi dan meneruskan.  

Pelajaran penting selanjutnya menghitung ongkos dari suatu model kepemimpinan yang dipilih.  Ongkos mendapatkannya, ongkos menjalankannya dan ongkos mempertahankannya. Baik ongkos finansial apalagi ongkos sosial yang selalu mengikuti setiap kepemimpinan.

Tahun suksesi kepemimpinan  nasional dan daerah 2024 masih panjang, riuhnya sudah mulai memanas. Tak salah jika mulai sekarang merenungkan, kita akan memilih presiden dengan model kepemimpinan seperti apa selanjutnya. Lengkap dengan ongkos mahal yang harus dibayar sebagai konsekuensinya. Mahal bahkan menambah hutang tanpa perubahan dan perbaikan sebuah takdir kepemimpinan yang akan menjadi sejarah kelam dan pelajaran pahit yang diwariskan.

Rumah Merpati 22
23012022 07:18
#InspirasiWajahNegeri #30haribercerita #30hbc2223 #MariBerbagiMAKNA #reHATIwan #InspiringWords #IWANwahyudi
@inspirasiwajahnegeri @30haribercerita @iwanwahyudi1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[PRABOWO, BUKTIKAN ! JANGAN JANJI TERUS]

Episode yang membuat semua mata anak bangsa bahkan sudah tersiar ke media internasional, bagaimana Rantis Baracuda Brimob melindas pengemudi ojol hingga tewas bernama Affan Kurniawan, Kamis malam lalu. Ini bisa menjadi "martir". Seperti mahasiswa Arief Rahman Hakim 1966 dan empat pahlawan Reformasi 1998, yang kemudian kita semua tau berujung pada berakhirnya Soekarno dan tumbangnya Soeharto.  Sejak malam itu para pengemudi Ojol menunjukan solidaritas nya di depan Mako Brimob hingga pagi.  Aksi solidaritas kemudian menjalar ke beberapa daerah di tanah air pada hari Jum'at. Bukan saja pengemudi ojol saja, tapi mahasiswa dan rakyat ikut turun. Pengrusakan, terutama kendaraan dan kantor polisi tak bisa dihindari.  Presiden hingga Ketua DPR Puan memberikan pernyataan permohonan maaf ditambah kalimat, "Nanti kami akan perbaiki" hal-hal yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Lebih kurang demikian, ininya NANTI. Ini artinya berjanji.  ...

014 [PERANG DIPONEGORO, PERANG TERMAHAL BELANDA DI INDONESIA]

  Belanda salah satu penjajah Indonesia yang sangat lama dibandingkan negera lainnya. Hal itu bukan berarti mulus-mulus saja. Perlawanan di berbagai daerah di Nusantara meletus silih berganti sepanjang waktu. Walau dengan persenjataan yang sebanding, namun api perjuangan itu tak mampu dipadamkan dengan mudah hingga kemerdekaan itu benar-benar diproklamasikan. Salah satu perang yang dicatat sebagai perlawanan terbesar dan termahal yang dihadapi oleh Belanda ialah Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang meletus selama lima tahun sejak tahun 1825 hingga 1830. Penyebab dari perang Diponegoro ini diantaranya, Belanda ikut campur tangan dalam kehidupan keraton yang pastinya merupakan akal licik untuk mempengaruhi dan mengadudomba. Selain itu beban ekonomi rakyat akibat aturan pajak yang diberlakukan Belanda, pengusiran terhadap rakyat karena tanahnya termasuk tanah yang disewakan. Dan yang paling khusus adalah pemasangan patok-patok jalan oleh Belanda yang melintasi makam para leluhur Pa...

[DARI CAHAYA LAMPU KITA BELAJAR MENJAGA FASILITAS NEGARA]

Suatu ketika khalifah Umar bin Khatab RA kedatangan seseorang saat mengerjakan tugas Negara dengan diterangi cahaya lampu. Setelah mempersilahkannya masuk dan duduk sang Khalifah bertanya pada tamu “ Apakah yang akan kita bicarakan adalah masalah Negara atau masalah pribadi ? “ . Ketika sang tamu menjawab permasalahan pribadi Umar langsung mematikan lampu dan sang tamu dibuatnya terkejut. Belum habis keterkejutan sang tamu pemimpin kaum muslimin ini menjelaskan, sebelum sang tamu datang ia sedang mengerjakan tugas Negara dengan menggunakan lampu yang merupakan fasilitas Negara, sekarang kita akan membicaraka permasalahan pribadi sehingga tidak layak jika juga harus menggunakan fasilitas Negara. Mungkin cerita diatas menyadarkan kita akan pentingnya menjaga dan memisahkan mana yang menjadi amanah Negara atau public yang sedang melekat pada kita dengan status pribadi kita. Kisah diatas kemudian melahirkan pertanyaan ngeles kita “ Ah itukan wajar karena mereka sahabat Rasul da...