Langsung ke konten utama

[VOLTASE HARUS STABIL]

Pernah merasakan seperti apa ketika tiba-tiba tengangan listrik di rumah atau kantor tidak stabil (tegangan rendah)? Lampu ruangan akan berkurang cahayanya bahkan hingga berkedip-kedip saja. Peralatan elektronik dan kerja tidak bisa berfungsi normal, bahkan jika terus dibiarkan akan mengalami kerusakan. Signal komunikasi tentu akan ikut berdampak sehingga lemah. Semua aktifitas terganggu, semua alat bantu kerja tak berfungsi normal dan jaringan komunikasi antar sesama amburadul. 

Bayangkan jika tegangan listrik yang vital bagi kehidupan manusia itu ialah tegangan keimanan yang ada di dalam diri kita. Keimanan seseorang kadang naik turun, jelas. Jika tegangan keimanan rendah atau terganggu, bisa dilihat seperti apa tidak karuannya seseorang melalui hari-hari kehidupannya? 

Bagaimana agar tegangan itu stabil bahkan naik? 

Arus keimanan harus dijaga. Ibadah adalah sarana vital menarik kekuatan Ilahi. Ada komunikasi intim antara pencipta dan makhluk, tempat melimpahkan segala kendala dan masalah. Ada do'a-do'a yang mengangkasa, melangit bahkan hingga Arasy. 

Ketahanan iman harus stabil. Ketahanan berarti kualitas dan kuantitas ibadah, perjumpaan dengan Sang Pencipta, upaya mengetuk pintu langit, menghamba agar ditetapkan hati yang sering berbolak balik. 

"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. " (QS.Al-Jumu'ah:10). 

Jika jarak dan bertebaran kita luas maka mengingat-Nya juga lebih banyak lagi agar tidak keteteran dan kehabisan tegangan keimanan. Selamat melaksanakan ibadah shalat. 

15112021

#MariBerbagiMAKNA #inspirasiwajahnegeri #reHATIwan #InspiringWords #SecangkirInspirasi #MelawanDenganDamai #KepakSayapElangMuda #IWANwahyudi
@inspirasiwajahnegeri
@iwanwahyudi1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me