Langsung ke konten utama

[SUNYI ITU MELAWAN]

"Kadang memang harus memilih jalan sunyi, karena tak semua orang bisa melepas hiruk pikuk sanjugan & pujian yang telah melenakannya." #reHATIwan 

Sudah lebih dari 7 bulan semua daerah di Indonesia berstatus waspada covid-19 dan menerapkan protokol covid-19. Mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak. Kegiatan diluar rumah apalagi berkerumun dilarang dan dihindari. Ruang publik sepi padahal dulunya menjadi simpul dan titik kepadatan dan berkumpulnya masa.

Saya hampir 7 bulan akhirnya menginjakan kaki kembali di bandara. Dua hari raya Idul Fitri dan Idul Adha yang biasanya mudik atau pulang kampung, harus urung dilakukan. Semata-mata bukan tidak punya uang, tapi karena tanggungjawab bersama "melawan" wabah ini.

Ruang publik yang sepi bukan bertanda berhentinya aktifitas masyarakat, tidak juga berarti produktivitas manusia kosong. Banyak mereka yang malah tumbuh kreativitas dan produktivitas diruang-ruang lain dari biasanya. 

Mereka menolak menyerah dengan keadaan, melawan arus corona yang menyerang dunia tanpa kompromi, meruntuhkan beratus alasan yang menina bobokan. Virus ini seakan menitip pesan dari-Nya : waktu yang kian luang harus melipatgandakan amal, sarana daring harus meningkatkan jumlah pertemuan yang bahkan lintas daerah paling jauh sekalipun, kesunyian ruang publik biarkan menjadi kesempatan semesta istirahat dan tenang dari sumpeknya manusia. 

Tak boleh sunyi atau ramai manusia membuat amal dan kerja kita terpengaruh. Dalam sendiri atau berkerumun yakinlah Allah Maha Melihat dan Mengetahui. 

01102020
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna
#InspirasiWajahNegeri
@iwanwahyudi1
@inspirasiwajahnegeri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...