Langsung ke konten utama

[GERAKAN PENAMU]

"Jika kita mau dan bertekad baja, insya Allah semuanya sangat mudah dan sangat mungkin. Mengapa ? Toh anugerah atau potensi menulis sudah kita peroleh sejak kecil, bukan?" (Mengikat Pena, Buku Best Seller Inspirasi dan Spirit menjadi Manusia Luar Biasa halaman 148)
Tepat hari ini empat tahun silam untuk pertama kalinya saya membedah buku karya sendiri, dan itu buku pertama saya. Acara yang cukup sederhana oleh Forum Kajian Ekonomi Islam (FoKEI) FEB Universitas Mataram. Bagi saya ini kegiatan, waktu, tempat, kesempatan dan pengalaman bersejarah. Buku saya ini terbit Juli 2016 masa-masa yang agak berat dalam hidup saya, tapi buku ini sebagai bertanda saya menolak takluk oleh keadaan yang bisa saja melumpuhkan.
Bagi kebanyakan orang menulis itu sulit, begitu juga yang saya rasakan sebenarnya. Namun, jika menulis itu sulit kenapa status media sosial kita bisa banjir di dunia maya?. Diantara alasan yang sering dikemukakan karena takut tulisan kita tidak bagus, kurang menarik, belum sesuai dengan kaidah kepenulisan, masih belepotan kesalahan tulisan/kata dan lain sebagainya.

Tapi coba mulailah dengan tidak memperdulikan itu semua, jadikan itu menjadi tahapan paling akhir saat menulis. Yang dihadirkan diawal kemauan menulis, lalu tulis saja apa yang dirasakan, dilihat, ada di isi kepala kita. Biarkan pena kita merespon hingga ia bergerak, jempol kita mulai mengetik kata demi kata hingga tuntas semuanya. Setelah selesai semua baru proses mengedit itu dilakukan dengan membaca ulang. Jangan mematahkan ujung pena dengan ketakutan di awal atau ditengah kalimat yang digoreskan.

Ali bin Abi Thalib ra mengatakan " Ikatlah ilmu kalian dengan menuliskannya."
"Menulis adalah kerja untuk keabadian." ucap Umar Kayam.

Jika kepala selalu berputar karena berpikir, hati selalu merasakan perasaan, mata selalu melihat sekitar, kenapa pena kita tak digerakkan sebagai respon dan penyambung dari itu semua ?.

17092020
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna #reHATIwan
#InspirasiWajahNegeri
@iwanwahyudi1
@inspirasiwajahnegeri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[PRABOWO, BUKTIKAN ! JANGAN JANJI TERUS]

Episode yang membuat semua mata anak bangsa bahkan sudah tersiar ke media internasional, bagaimana Rantis Baracuda Brimob melindas pengemudi ojol hingga tewas bernama Affan Kurniawan, Kamis malam lalu. Ini bisa menjadi "martir". Seperti mahasiswa Arief Rahman Hakim 1966 dan empat pahlawan Reformasi 1998, yang kemudian kita semua tau berujung pada berakhirnya Soekarno dan tumbangnya Soeharto.  Sejak malam itu para pengemudi Ojol menunjukan solidaritas nya di depan Mako Brimob hingga pagi.  Aksi solidaritas kemudian menjalar ke beberapa daerah di tanah air pada hari Jum'at. Bukan saja pengemudi ojol saja, tapi mahasiswa dan rakyat ikut turun. Pengrusakan, terutama kendaraan dan kantor polisi tak bisa dihindari.  Presiden hingga Ketua DPR Puan memberikan pernyataan permohonan maaf ditambah kalimat, "Nanti kami akan perbaiki" hal-hal yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Lebih kurang demikian, ininya NANTI. Ini artinya berjanji.  ...

014 [PERANG DIPONEGORO, PERANG TERMAHAL BELANDA DI INDONESIA]

  Belanda salah satu penjajah Indonesia yang sangat lama dibandingkan negera lainnya. Hal itu bukan berarti mulus-mulus saja. Perlawanan di berbagai daerah di Nusantara meletus silih berganti sepanjang waktu. Walau dengan persenjataan yang sebanding, namun api perjuangan itu tak mampu dipadamkan dengan mudah hingga kemerdekaan itu benar-benar diproklamasikan. Salah satu perang yang dicatat sebagai perlawanan terbesar dan termahal yang dihadapi oleh Belanda ialah Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang meletus selama lima tahun sejak tahun 1825 hingga 1830. Penyebab dari perang Diponegoro ini diantaranya, Belanda ikut campur tangan dalam kehidupan keraton yang pastinya merupakan akal licik untuk mempengaruhi dan mengadudomba. Selain itu beban ekonomi rakyat akibat aturan pajak yang diberlakukan Belanda, pengusiran terhadap rakyat karena tanahnya termasuk tanah yang disewakan. Dan yang paling khusus adalah pemasangan patok-patok jalan oleh Belanda yang melintasi makam para leluhur Pa...

[DARI CAHAYA LAMPU KITA BELAJAR MENJAGA FASILITAS NEGARA]

Suatu ketika khalifah Umar bin Khatab RA kedatangan seseorang saat mengerjakan tugas Negara dengan diterangi cahaya lampu. Setelah mempersilahkannya masuk dan duduk sang Khalifah bertanya pada tamu “ Apakah yang akan kita bicarakan adalah masalah Negara atau masalah pribadi ? “ . Ketika sang tamu menjawab permasalahan pribadi Umar langsung mematikan lampu dan sang tamu dibuatnya terkejut. Belum habis keterkejutan sang tamu pemimpin kaum muslimin ini menjelaskan, sebelum sang tamu datang ia sedang mengerjakan tugas Negara dengan menggunakan lampu yang merupakan fasilitas Negara, sekarang kita akan membicaraka permasalahan pribadi sehingga tidak layak jika juga harus menggunakan fasilitas Negara. Mungkin cerita diatas menyadarkan kita akan pentingnya menjaga dan memisahkan mana yang menjadi amanah Negara atau public yang sedang melekat pada kita dengan status pribadi kita. Kisah diatas kemudian melahirkan pertanyaan ngeles kita “ Ah itukan wajar karena mereka sahabat Rasul da...