Langsung ke konten utama

[PERMAKLUMAN DAN ZIARAH]

" Menjadi pemimpin adalah kesediaan untuk memaklumi banyak hal. Dan berziarah adalah proses untuk menuju permakluman itu." 
(DR. Zulkieflimansyah, M.Sc)

Pemimpin tak terserak begitu banyak sebagaimana mudahnya melihat masyarakat biasa. Tapi juga tak serumit mencari jarum dalam tumpukan jerami. Karena ia disebut pemimpin sehingga ia adalah pilihan dan sekian banyak yang terserak, ia dapat menata juga yang terserak itu.

Tidak hanya yang bersifat homogen semata yang menjadi Medan seorang pemimpin, ia akan banyak berhadapan dengan heterogenitas sebuah komunitas. Baik dari karakter maupun kepentingan dan motif masing-masing orang. Toh pun dalam kehomogenan masih tetap ada perbedaan pastinya. Kelapangan jiwa dan keluasan pikiran menjadi dasar kesediaan ia memaklumi. 

Memaklumi bukan berarti toleransi dan lemah terhadap hal-hal prinsipil yang telah menjadi aturan dan norma yang telah disepakati dan menjadi pegangan dimasyarakat. 

Kelapangan jiwa dan keluasan pikiran akan timbul dari sejauhmana interaksi seseorang. Berkunjung kebawah, menapaki lorong-lorong tempat tinggal, menyapa dan mendalami banyak serta beragam sifat akan mendewasakan seseorang, mematangkan karakter dan dasar memilih dan memilah mana hal yang menjadi permakluman dan mana bagian yang tidak bisa ditoleransi sebagai bentuk ketegasan.

Teruslah berziarah karena yang kemarin telah dikunjungi bukan berarti tidak perlulah disapa kembali. Sedang yang belum disambangi adalah bagian yang harus menjadi perhatian hati.

01072019
#IWANwahyudi 
#MariBerbagiMakna 
#InspirasiWajahNegeri #reHATIwan 
@iwanwahyudi1
081803662292

Foto : Bersama @maiel_lombok di Bank Sampah Bintang Sejahtera Mataram

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...