Langsung ke konten utama

[KEMERDEKAAN]

“ KEMERDEKAAN adalah hak setiap manusia yang telah diberikan oleh Sang Pencipta. Kemerdekaan bangsa Indonesia pada hakikatnya selain merdeka dari belenggu penjajahan adalah memerdekakan Rakyat dari Kemiskinan, Kebodohan dan Keterbelakangan “

Sejak lahir setiap manusia telah memiliki hak sesuai fitrah kemanusiaannya yang tidak dapat dihilangkan oleh siapapun. Sang Pencipta memberikannya agar dapat dihormati dan dijaga oleh sesama manusia, hak itu tak boleh juga merugikan atau meniadakan hak manusia lainnya. Kecuali yang mengambilnya kembali ialah Sang Pencipta itu sendiri. Seperti hak hidup misalnya.

Penjajahan di atas muka bumi ini sekelumit dari perampasan hak manusia itu, yang sebelumnya pada masa lalu ada perbudakan. Penguasaan manusia atas manusia lainnya. Hal itu tegas sekali di cantumkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, penjajahan tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. 
Kemerdekaan dalam arti memproklamasikan diri bebas dari penjajahan bangsa lain  sebenarnya bukan titik akhir dari perjuangan, tetapi baru garis start/permulaan. Kemerdekaan selanjutnya ialah menghadirkan perlindungan, memajukan kesejahteraan serta mencerdaskan kehidupan bangsa hingga tidak ada lagi kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan bagi manusia Indonesia. 

Jika kemerdekaan hanya deklarasi kebebasan seperti proklamasi 17 Agustus 1945, berarti kemerdekaan bagi Indonesia dan rakyatnya sudah tuntas. Tapi menghadirkan, menjaga, melindungi dan memberikan kepastian kemerdekaan pada setiap manusia Indonesia dan tidak saling meniadakan sesuai fitrah kemanusiaan dari-Nya ialah jalan panjang yang sedang kita perjuangkan bersama.
07082021
@iwanwahyudi1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...