" Syukur itu bisa dilakukan oleh hati dengan tunduk dan kepasrahan, oleh lisan dengan mengakui nikmat tersebut, dan oleh anggota badan dengan ketaatan dan penerimaan." (Ibnul Qayyim Al-Jauziyah Ra)
Saya masih ingat benar buku tebal apa yang pertama kali dibeli saat kuliah dulu, Madarijus Salikin (Pendakian Manuju Allah SWT) karya Ibnul Qayyim Al Jauziyah Ra. Di buku kedua dari tiga jilid buku tersebut dijelaskan terkait syukur.
Beliau membagi derajat/tingkatan Syukur menjadi tiga tingkatan :
Pertama, Bersyukur karena mendapat yang disukai.
Tingkatkan ini bisa juga dilakukan oleh orang Islam dan non Islam. 'Aisyah Ra menulis surat pada Mu'awiyah " Sesungguhnya tingkatan kewajiban yang paling kecil atas orang yang diberi nikmat adalah tidak menjadikan nikmat tersebut sebagai jembatan untuk bermaksiat kepada-Nya."
Kedua, Mensyukuri sesuatu yang tidak disukai.
Ibnul Qayyim Ra menjelaskan Bersyukur atas apa yang tidak disenangi lebih berat dan lebih sulit dibanding mensyukuri yang disenangi. Oleh sebab itu, syukur yang kedua ini diatas jenis syukur yang pertama. Tentulah tak semua orang bisa menerima apa yang tidak disukainya, walaupun itu semua berasal dari-Nya
Ketiga, Seseorang seolah-olah tidak menyaksikan kecuali yang memberinya kenikmatan.
Artinya, bila dia melihat yang memberinya kenikmatan dalam rangka ibadah, dia akan menganggap besar nikmat tersebut. Dan bila dia menyaksikan yang memberi kenikmatan karena rasa cinta, niscaya semua yang berat akan terasa manis baginya.
So, mari menilai kedalam diri masing-masing pada level kesyukuran yang mana kita berada dalam menyikapi nikmat-nikmat dari-Nya yang tak terhingga?
27072019
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna
#InspirasiWajahNegeri #reHATIwan
@iwanwahyudi1
Komentar
Posting Komentar