Langsung ke konten utama

[MENAKAR SYUKUR DARI MAKANAN]

Setiap makanan dan minuman adalah rejeki yang telah dijatahkan oleh Sang Pencipta pada tiap-tiap makhluk. Tidak ada yang tertukar, salah takaran atau tak tepat waktu sekalipun diberikan oleh-Nya. Posisi kita terhadap nikmat makanan tersebut adalah bersyukur, ekspresi ucapan terima kasih pada sang Rabb sekalian alam.

Bersyukur dalam timbangan makanan bisa berupa mendapatkannya dari cara yang baik, tidak dari cara merugikan orang lain, merampas hak orang setidaknya tak memuat unsur dari menyakiti orang lain. Kemudian menimbang syukur itu dari seberapa sering mengingat-Nya berterima kasih pada-Nya. Bukankah kewajiban dari seseorang yang diberikan sesuatu adalah berterima kasih pada yang memberikan, semakin besar dan banyak maka semakin sering mengucapkannya.

Bersyukur dari makanan dapat dengan cara bagaimana memperlakukan makanan sebagai hidangan bagi tubuh. Hal ini sebenarnya kembali pada diri kita sendiri efeknya yaitu berupa nikmat sehat. Empat hal yang dapat mencegah penyakit : jangan makan kecuali lapar, berhenti makan ketika ingin lagi, mengunyah dengan benar dan mengosongkan perut menjelang tidur. Makan saat lapar bukankah akan menambah lezatnya hidangan, berhenti sebelum kenyang bukankah sunnah Rasul, mengunyah dengan benar membantu proses pencernaan dan tidur setelah makan dan kenyang akan mendatangkan penyakit.

Bersyukur dari makanan selanjutnya dengan menakar seberapa sering kita membaginya pada orang lain. Makan bersama cenderung lebih nikmat dan santai dibanding sendiri karena diselingi dengan dialog bertukar cerita dan nikmat. Membagi sekedar kuah makanan yang kita masak dan aromanya tercium tetangga bukankah hal yang dianjurkan oleh Rasulullah saw?

Dibulan syawal atau lebaran ini banyak hidangan baik yang disiapkan dirumah atau hidangan saat bertamu bersilaturahim, mari menakar seberapa besar syukur kita terhadap makanan-makanan tersebut ?. 

13062019
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna
#EnergiSyawal
#InspirasiWajahNegeri #reHATIwan
www.iwan-wahyudi.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

135 [MULAI DARI DIRI SENDIRI]

Saya bersyukur kembali Allah SWT takdirkan di majelis ini. Acara syawalan atau halal bi halal Forum Lingkar Pena (FLP) NTB. Kopi darat macam ini mulai langka, tergusur dengan media komunikasi online yang begitu derasnya ditambah dengan kesibukan juga rutinitas yang kadang tak menyisakan jadwal yang bisa mempertemukan. Hingga ada yang berseloroh, "Bisanya kalau direncanakan tidak jadi-jadi, dan bila dadakan akhirnya jadi". Maaf pinjam kata-kata hari ininya Mbak Ciesel Dina Syihabna .  Dari pertemuan dua halal bi halal sepanjang hari Sabtu (19 April 2025) ini saya mendapatkan setidaknya di ingatkan kembali dua hal berharga.  Pertama, mendatangi bukan tunggu didatangi. Dua hal ini berbeda satu aktif dan satu lagi pasif. Biasanya jika punya kepentingan baru semangat mendatangi dan jika sedikit memiliki kelebihan timbul rasa harus didatangi. Jika di tarik dalam bahasa pergerakannya, membuat momentum atau menunggu momentum. Bila di bawa pada ruang kepemimpinan saya teri...

04 [SULTAN ABDUL KHAIR SIRAJUDDIN LAHIR]

Sultan Abdul Khair Sirajuddin dikenal juga dengan nama La Mbila, orang Makassar menyebutnya " I Ambela ". Beliau dinobatkan menjadi Sultan ke II pada tahun 1050 H (1640 M).  Sultan wafat pada tanggal 17 Rajab 1098 H dan dimakamkan di Pemakaman Tolo Bali Bima. Pada masanya Upacara U'a Pua menjadi salah satu Upacara Besar Resmi Kesultanan Bima sejak tahun 1070 H. 

130 [MENULIS TIADA HABISNYA]

"Benar-benar membaca dan membaca benar-benar." Kalimat itu menjadi salah satu kata-kata hari ini yang disampaikan oleh Ibu Drs. Dwi Pratiwi, M. Pd, Kepala Balai Bahasa Provinsi NTB ketika menerima silaturahim kami Forum Lingkar Pena (FLP) Provinsi NTB pagi ini.  Sosok yang baru saja menjabat 1 Maret 2025 itu menceritakan program pendampingan komunitas hingga lokus pustakawan sekolah, tingkat pemahaman literasi NTB masih rendah,  literasi naskah-naskah kuno hingga program literasi di kawasan desa wisata.  Saya dalam kesempatan berharga itu menyampaikan kegelisahan dan beberapa masukan.  1. Menumbuhkan literasi di mulai dari sekolah. Hal ini seiring dengan rendahnya literasi sekolah sehingga perlu perhatian juga kebijakan kongkrit dari semua institusi pemerintah yang terkait.  2. Meningkatkan komunikasi dan kolaborasi dengan komunitas literasi baik komunitas yang terdata (memiliki legal formal berakta pendirian) hingga komunitas...