Setiap makanan dan minuman adalah rejeki yang telah dijatahkan oleh Sang Pencipta pada tiap-tiap makhluk. Tidak ada yang tertukar, salah takaran atau tak tepat waktu sekalipun diberikan oleh-Nya. Posisi kita terhadap nikmat makanan tersebut adalah bersyukur, ekspresi ucapan terima kasih pada sang Rabb sekalian alam.
Bersyukur dalam timbangan makanan bisa berupa mendapatkannya dari cara yang baik, tidak dari cara merugikan orang lain, merampas hak orang setidaknya tak memuat unsur dari menyakiti orang lain. Kemudian menimbang syukur itu dari seberapa sering mengingat-Nya berterima kasih pada-Nya. Bukankah kewajiban dari seseorang yang diberikan sesuatu adalah berterima kasih pada yang memberikan, semakin besar dan banyak maka semakin sering mengucapkannya.
Bersyukur dari makanan dapat dengan cara bagaimana memperlakukan makanan sebagai hidangan bagi tubuh. Hal ini sebenarnya kembali pada diri kita sendiri efeknya yaitu berupa nikmat sehat. Empat hal yang dapat mencegah penyakit : jangan makan kecuali lapar, berhenti makan ketika ingin lagi, mengunyah dengan benar dan mengosongkan perut menjelang tidur. Makan saat lapar bukankah akan menambah lezatnya hidangan, berhenti sebelum kenyang bukankah sunnah Rasul, mengunyah dengan benar membantu proses pencernaan dan tidur setelah makan dan kenyang akan mendatangkan penyakit.
Bersyukur dari makanan selanjutnya dengan menakar seberapa sering kita membaginya pada orang lain. Makan bersama cenderung lebih nikmat dan santai dibanding sendiri karena diselingi dengan dialog bertukar cerita dan nikmat. Membagi sekedar kuah makanan yang kita masak dan aromanya tercium tetangga bukankah hal yang dianjurkan oleh Rasulullah saw?
Dibulan syawal atau lebaran ini banyak hidangan baik yang disiapkan dirumah atau hidangan saat bertamu bersilaturahim, mari menakar seberapa besar syukur kita terhadap makanan-makanan tersebut ?.
13062019
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna
#EnergiSyawal
#InspirasiWajahNegeri #reHATIwan
www.iwan-wahyudi.com
Komentar
Posting Komentar