Langsung ke konten utama

[LAPTOP DUA MILIAR]

“ Bersyukur dengan yang sedikit dan optimalkan keberadaannya akan lebih berharga dibanding hal yang banyak dan berlebih malah akan merepotkan diri sendiri bahkan menyusahkan orang lain."

Apakah anda masih ingat kapan pertama kali memiliki laptop? Terserah apakah laptop itu dibeli dengan uang sendiri atau pemberian dari orang tua atau bahkan seseorang tertentu. Laptop saya ini kini berusia satu dekade ( sepuluh tahun). Si Acer menggantikan pendahulunya si Axio yang hanya dicukupkan menemani saya cuma empat tahun saja, sebelum akhirnya diambil oleh pencuri. Ya, sampai saat ini saya hanya memiliki dua laptop dalam perjalanan ini. 

Kebayangkan seberapa jadul (kuno) usia bahkan fasilitas yang ada didalam laptop saya. Jauh kelasnya dibanding sebagian besar kalian yang membaca tulisan ini, yang bisa jadi usia laptopnya masih sejumlah jari sebelah tangan dengan spesifikasi yang kekinian banget.

Mengapa saya masih bertahan selama satu dekade dengan laptop ini ?

1. Laptop pertama si Axio adalah dibelikan oleh bapak karena saat itu saya dan adik sudah mulai mengerjakan tugas dengan mengetik. Pilihannya beli computer atau laptop?, setelah di renungi akhirnya milih laptop karena bisa dibawa kemanapun saat digunakan, berbeda dengan CPU/Komputer yang harus tetap berada dikamar dan cukup besar juga berat jika dipindah-pindah. Setelah si Axio hilang, hampa juga selama satu bulan tanpa laptop. Apalagi banyak yang minta mengerjakan sesuatu tapi tidak bisa saya penuhi dalam waktu singkat. Akhirnya diputuskan berteman dengan si Acer ini walau dengan menyicil beberapa bulan lamanya. 

2. Masih cukup nyaman. Minimal bagi saya, setidaknya untuk membantu tugas dan pekerjaan sekedar mengetik pada beberapa program. Jika program disain atau video dulu masih bisa tapi sekarang dengan program yang terupdate kekinian si laptop sudah terasa ngos-ngosan alias lambat laoding (proses)nya. Sehingga saya belum terlalu membutuhkan laptop yang lebih  banyak fasilitas kekiniannya. Hitung-hitung mencoba setia.

3. Laptop ini sekarang harganya lebih dari dua miliar rupiah. Pasti tidak ada yang percaya kan. Bahkan lebih dari dua miliar sebenarnya. Dua miliar itu hanya harga lima file yang ada didalam laptop ini dan hasil menggunakan laptop ini. Belum ditambah harga laptop itu sendiri yang sampai saat ini pasti sudah jauh lebih murah karena penyusutan harga dibanding harga saat membelinya. File-file “receh” yang harganya satu hingga dibawah sepuluh juta lebih banyak lagi. Wah berarti Saya sudah banyak sekali uangnya alias tajir dong he….he….. Kebanyakan file-file mahal itu adalah kerja-kerja sosial yang harus kita anggap sebagai hujan yang turun dan kemudian berlalu. Bukan sumber air mineral isi ulang yang dapat dijual he…he…. 

Kadang berbagai karunia fasilitas yang membantu aktifitas kita selama ini memaknainya dengan sudah seoptimal mana ia menghasilkan sesuatu, bukan sudah sejauh mana fasilitas itu mengikuti trend kekinian produk tersebut. Toh semakin banyak fasilitas yang ada dalam benda/alat tersebut tidak semuanya kita gunakan atau bahkan tidak sama sekali kita bisa mengoperasikannya. Jangan sampai benda/alat itu hanya bisa membuat seorang kita saja bahagia, tapi sedikit bahkan tidak ada sama sekali orang yang dapat merasakan manfaat darinya.

19042020
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna
#InspirasiWajahNegeri #reHATIwan
@iwanwahyudi1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me